Beragam uji sedang berlangsung untuk menentukan urutan genetika dari virus Ebola dibalik wabah di Afrika Tengah, ujar peneliti di U.S. Centers for Disease Control hari Jum’at.
Dr. Barbara Knust, seorang epidemiologis, mengatakan kepada VOA Tanduk Afrika bahwa para ilmuwan sedang mencari “petunjuk” tentang asal dari jenis Ebola dan bagaimana memperlakukannya.
“Hal ini dapat membantu [kami] untuk memahami bagaimana virus ini terkait dengan virus-virus lainnya yang telah menyebabkan wabah Ebola yang lain,” ujarnya.
Wabah Ebola terbaru di bagian utara Kongo, di kawasan terpencil dekat perbatasan Republik Afrika Tengah. World Health Organization menyatakan terhitung tanggal 24 Mei, Ebola telah menewaskan empat orang di kawasan tersebut dan ada 44 jumlah kasus terduga Ebola.
Virus Ebola, yang menyebabkan sejenis demam berdarah, telah menewaskan lebih dari 11.000 orang di seluruh negara-negara Afrika Barat seperti Guinea, Liberia, dan Sierra Leone di tahun 2014 dan 2015.
Sumberdaya ‘dimobilisasi dengan cepat’
Staf dari CDC, WHO, dan Kementrian Kesehatan Kongo serta lembaga-lembaga lainnya berada di provinsi Bas Uele, Kongo untuk membatasi penyebaran virus. Knust menyatakan respon internasional berjalan “baik.”
“Pihak-pihak yang terlibat dalam aksi tanggap dalam wabah ini sudah barang tentu mempertimbangkan kondisi dengan serius dan sumberdaya yang ada dimobilisasi dengan cepat,” ujarnya. “Paling tidak di saat ini tampaknya wabah ini berhasil terdeteksi di tahap awal, meskipun informasi tersebut masih ditunggu. Ada harapan bahwa wabah ini hanya terbatas.”
Ia mengatakan telah ada diskusi untuk menggunakan perawatan eksperimental yang digunakan saat wabah di Afrika Barat, namun pemerintah Kongo belum memberikan persetujuannya.
Dr. Galma Guyo, seorang spesialis pengendali penyakit di Nairobi, adalah bagian dari tim Uni Afrika yang merespon pada wabah Ebola di Liberia. Ia memperingatkan lokasi Kongo yang berada di bagian tengah Afrika memungkinkan virus untuk menyebar melampaui perbatasan.
“Ada kemungkinan virusnya dapat menyebar dengan mudah dan akan sulit untuk dideteksi oleh karena letak kawasan yang juga terpencil,” ujarnya. [ww]