Demonstran pro-Rusia hari Senin (14/4) merebut gedung polisi lainnya, kali ini di kota Horlivka, Ukraina timur, tidak menghiraukan batas waktu pemerintah bagi pengunjuk rasa untuk mengosongkan gedung-gedung yang diduduki dengan imbalan amnesti.
Puluhan pengunjuk rasa memecahkan jendela markas polisi itu di Horlivka dan bentrok dengan polisi ketika mereka mengambil alih fasilitas tersebut. Rekaman video bentrokan itu menunjukkan sebuah ambulans di mana orang-orang yang terluka dirawat.
Tenggat yang ditetapkan oleh pemerintah bagi para pengunjuk rasa untuk meninggalkan gedung-gedung yang mereka duduki di beberapa kota di Ukraina telah berlalu tanpa tindakan.
Para demonstran pro-Rusia, yang berlindung di balik barikade di gedung-gedung yang mereka duduki, menuntut diadakan referendum untuk menentukan apakah penduduk di wilayah-wilayah itu ingin memisahkan diri dari Ukraina dan bergabung dengan Rusia - mirip dengan pemungutan suara bulan lalu di Krimea.
Sebelumnya, presiden sementara Ukraina, Oleksandr Turchynov, mengancam akan melancarkan apa yang disebutnya “operasi anti-teroris besar-besaran” terhadap mereka yang telah merebut gedung-gedung pemerintah.
Kantor Presiden Ukraina hari Senin mengatakan bahwa dalam pembicaraan telepon dengan Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon, presiden Turchynov mengatakan Ukraina akan menyambut bantuan PBB dalam operasi semacam itu.
Senin pagi, Turchynov mengatakan dia tidak menentang referendum mengenai masa depan Ukraina. Menurutnya dia yakin sebagian besar penduduk akan mendukung negara Ukraina yang merdeka dan bersatu, yang mungkin memberikan otonomi lebih besar di wilayah bagian timur negara itu. Dia mengatakan referendum demikian bisa diadakan pada waktu yang sama dengan pemilu presiden tanggal 25 Mei mendatang.
Di Moskow, Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov hari Senin mengatakan dia percaya warga Ukraina yang berbahasa Rusia di bagian timur negara itu harus menjadi bagian dari penyusunan konstitusi baru.
Puluhan pengunjuk rasa memecahkan jendela markas polisi itu di Horlivka dan bentrok dengan polisi ketika mereka mengambil alih fasilitas tersebut. Rekaman video bentrokan itu menunjukkan sebuah ambulans di mana orang-orang yang terluka dirawat.
Tenggat yang ditetapkan oleh pemerintah bagi para pengunjuk rasa untuk meninggalkan gedung-gedung yang mereka duduki di beberapa kota di Ukraina telah berlalu tanpa tindakan.
Para demonstran pro-Rusia, yang berlindung di balik barikade di gedung-gedung yang mereka duduki, menuntut diadakan referendum untuk menentukan apakah penduduk di wilayah-wilayah itu ingin memisahkan diri dari Ukraina dan bergabung dengan Rusia - mirip dengan pemungutan suara bulan lalu di Krimea.
Sebelumnya, presiden sementara Ukraina, Oleksandr Turchynov, mengancam akan melancarkan apa yang disebutnya “operasi anti-teroris besar-besaran” terhadap mereka yang telah merebut gedung-gedung pemerintah.
Kantor Presiden Ukraina hari Senin mengatakan bahwa dalam pembicaraan telepon dengan Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon, presiden Turchynov mengatakan Ukraina akan menyambut bantuan PBB dalam operasi semacam itu.
Senin pagi, Turchynov mengatakan dia tidak menentang referendum mengenai masa depan Ukraina. Menurutnya dia yakin sebagian besar penduduk akan mendukung negara Ukraina yang merdeka dan bersatu, yang mungkin memberikan otonomi lebih besar di wilayah bagian timur negara itu. Dia mengatakan referendum demikian bisa diadakan pada waktu yang sama dengan pemilu presiden tanggal 25 Mei mendatang.
Di Moskow, Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov hari Senin mengatakan dia percaya warga Ukraina yang berbahasa Rusia di bagian timur negara itu harus menjadi bagian dari penyusunan konstitusi baru.