Seiring datangnya ribuan penggemar sepak bola ke Ukraina untuk menonton Piala Eropa 2012, banyak diantaranya mendapat bonus kejutan yaitu tempat tinggal gratis dan kesempatan untuk berinteraksi dengan warga Ukraina biasa.
“Rooms for free” (Kamar gratis) adalah gerakan sukarelawan yang muncul di kota-kota Ukraina di mana turnamen dilangsungkan. Dengan membuka rumahnya bagi tamu asing, warga Ukraina mencoba memperbaiki citra negara yang mereka anggap negatif di mata masyarakat internasional.
Ukraina tidak pernah kedatangan begitu banyak warga asing, membuat kejuaraan Piala Eropa 2012 sebuah perayaan sekaligus tantangan. Ketika hotel-hotel tampak kewalahan mengakomodasi penggemar sepak bola, warga Ukraina memutuskan untuk membantu dengan menawarkan rumah mereka sebagai penginapan.
Bjarne Luther, seorang pengusaha asal Denmark berusia 39 tahun, mendapati harga kamar hotel di Ukraina naik lima kali lipat saat turnamen sepak bola tersebut berlangsung. Ia hampir membatalkan kedatangannya sampai ia menemukan Maryana dan Dmytro Lytovchenko di situs Internet. Pasangan tersebut secara sukarela menawarkan kamar di rumah mereka untuk tamu asing untuk membantu meningkatkan reputasi negara mereka.
“Saya tahu inisiatif “Rooms for free” ini dari televisi. Warga Eropa tampak kecewa karena harga [kamar hotel] terlalu tinggi,” ujar Maryana Lytovchenko.
“Sulit bagi penggemar bola untuk tinggal karena terlalu mahal. Kami memutuskan memberi kesempatan bagi mereka [untuk tinggal],” kata Dmytro.
Luther berterima kasih pada tuan rumahnya atas akomodasi yang disediakan dan kesempatan untuk belajar lebih banyak mengenai Ukraina.
“Saya senang bepergian, bertemu orang-orang, mendengar kisah mereka dan mengerti negara mereka lebih baik, daripada hanya duduk di kamar hotel,” ujarnya.
Michael Knight beremigrasi dari Ukraina ke Amerika Serikat lebih dari 40 tahun yang lalu. Ia datang menonton kejuaraan Euro 2012 untuk mendukung tim Ukraina dan tinggal bersama keluarga Victoria Denysenko.
“Kami ingin melakukan sesuatu yang baik untuk Ukraina. Kami ingin memperlihatkan bahwa meski situasi politik negara kami buruk, masih ada sisi manusiawi dan normal dari Ukraina,” kata Victoria.
Knight mengatakan meski tim sepak bola Ukraina tidak terlalu sukses dalam turnamen tersebut, Ukraina masih menjadi pemenang.
“Perhelatan ini sukses,” ujarnya. “Ukraina menang dalam skala besar karena satu alasan: Mereka tercantum dalam peta di setiap desa, setiap kota di seluruh dunia!”
Knight membalas keramahan yang didapat dengan menggunakan waktu luang antara menonton pertandingan untuk mengajarkan Bahasa Inggris pada anak-anak di kamp pemuda lokal.
Ide untuk menyediakan akomodasi gratis datang dari akar rumput, kata Victoria Svitlova, dari organisasi "Friendly Ukraine".
“Inisiatif datang dari masyarakat, orang-orang awam,” ujar Svitlova.
Koordinator proyek Maxym Prodan mengatakan bahwa dibandingkan kota-kota lain tempat kejuaraan Piala Eropa pernah diselenggarakan, hanya ibukota Ukraina, Kyiv, yang menyediakan akomodasi gratis untuk lebih dari 1.000 tamu asing.
“Kami ingin menunjukkan bahwa kami tidak hanya memiliki hotel-hotel yang mahal, namun juga orang-orang baik dan ramah yang siap menjadi tuan rumah tanpa memungut biaya,” ujarnya.
“Rooms for free” (Kamar gratis) adalah gerakan sukarelawan yang muncul di kota-kota Ukraina di mana turnamen dilangsungkan. Dengan membuka rumahnya bagi tamu asing, warga Ukraina mencoba memperbaiki citra negara yang mereka anggap negatif di mata masyarakat internasional.
Ukraina tidak pernah kedatangan begitu banyak warga asing, membuat kejuaraan Piala Eropa 2012 sebuah perayaan sekaligus tantangan. Ketika hotel-hotel tampak kewalahan mengakomodasi penggemar sepak bola, warga Ukraina memutuskan untuk membantu dengan menawarkan rumah mereka sebagai penginapan.
Bjarne Luther, seorang pengusaha asal Denmark berusia 39 tahun, mendapati harga kamar hotel di Ukraina naik lima kali lipat saat turnamen sepak bola tersebut berlangsung. Ia hampir membatalkan kedatangannya sampai ia menemukan Maryana dan Dmytro Lytovchenko di situs Internet. Pasangan tersebut secara sukarela menawarkan kamar di rumah mereka untuk tamu asing untuk membantu meningkatkan reputasi negara mereka.
“Saya tahu inisiatif “Rooms for free” ini dari televisi. Warga Eropa tampak kecewa karena harga [kamar hotel] terlalu tinggi,” ujar Maryana Lytovchenko.
“Sulit bagi penggemar bola untuk tinggal karena terlalu mahal. Kami memutuskan memberi kesempatan bagi mereka [untuk tinggal],” kata Dmytro.
Luther berterima kasih pada tuan rumahnya atas akomodasi yang disediakan dan kesempatan untuk belajar lebih banyak mengenai Ukraina.
“Saya senang bepergian, bertemu orang-orang, mendengar kisah mereka dan mengerti negara mereka lebih baik, daripada hanya duduk di kamar hotel,” ujarnya.
Michael Knight beremigrasi dari Ukraina ke Amerika Serikat lebih dari 40 tahun yang lalu. Ia datang menonton kejuaraan Euro 2012 untuk mendukung tim Ukraina dan tinggal bersama keluarga Victoria Denysenko.
“Kami ingin melakukan sesuatu yang baik untuk Ukraina. Kami ingin memperlihatkan bahwa meski situasi politik negara kami buruk, masih ada sisi manusiawi dan normal dari Ukraina,” kata Victoria.
Knight mengatakan meski tim sepak bola Ukraina tidak terlalu sukses dalam turnamen tersebut, Ukraina masih menjadi pemenang.
“Perhelatan ini sukses,” ujarnya. “Ukraina menang dalam skala besar karena satu alasan: Mereka tercantum dalam peta di setiap desa, setiap kota di seluruh dunia!”
Knight membalas keramahan yang didapat dengan menggunakan waktu luang antara menonton pertandingan untuk mengajarkan Bahasa Inggris pada anak-anak di kamp pemuda lokal.
Ide untuk menyediakan akomodasi gratis datang dari akar rumput, kata Victoria Svitlova, dari organisasi "Friendly Ukraine".
“Inisiatif datang dari masyarakat, orang-orang awam,” ujar Svitlova.
Koordinator proyek Maxym Prodan mengatakan bahwa dibandingkan kota-kota lain tempat kejuaraan Piala Eropa pernah diselenggarakan, hanya ibukota Ukraina, Kyiv, yang menyediakan akomodasi gratis untuk lebih dari 1.000 tamu asing.
“Kami ingin menunjukkan bahwa kami tidak hanya memiliki hotel-hotel yang mahal, namun juga orang-orang baik dan ramah yang siap menjadi tuan rumah tanpa memungut biaya,” ujarnya.