Sebuah toko emas di Pecinan Bangkok dipadati banyak orang. Meskipun komoditas itu secara tradisional disukai sebagai investasi yang aman, belakangan ini harganya kerap berubah di pasar global di tengah krisis di Zona Euro.
"Orang-orang membeli emas", kata seorang pria, sementara orang-orang berspekulasi jangka pendek atas pergerakan logam mulia itu.
Di pasar Asia harga emas ditutup pada 1.593 dolar per ons, bulan keempat terendah dari harga 1.579 dolar sebelumnya.
Jitti Tangsithpakdi, ketua asosiasi pedagang emas Thailand, mengatakan, “Jika perekonomian Eropa lemah, bersamaan dengan Amerika - meskipun kebijakan moneter Amerika semakin melonggar - harga emas akan lebih jatuh.”
Dalam survei terbaru, Komisi Ekonomi dan Sosial PBB untuk Asia Pasifik (UNESCAP) memperingatkan bahwa keprihatinan langsung untuk Asia adalah ketidakpastian prospek bagi Zona Euro, yang bisa merugikan ekspor Asia.
Laporan itu mengatakan gagal bayar utang di Eropa atau jatuhnya mata uang euro bisa berarti kerugian perdagangan senilai hampir 400 juta dolar di Asia.
Aynul Hasan, ekonom senior di UNESCAP, mengatakan, dihadapkan pada ketidakpastian di Eropa, ekonomi Asia Pasifik harus bergeser dari pertumbuhan yang dipicu ekspor ke konsumsi domestik.
"Gagal bayar utang akan berdampak pada pasar keuangan dan akan ada krisis kredit. Tetapi, saya pikir kawasan ini siap, karena Tiongkok sudah mulai seimbang kembali. Mereka sedang bergeser dari pertumbuhan yang dipicu investasi ke pertumbuhan yang dipicu konsumsi. India juga demikian, tetapi India tidak begitu banyak bergantung pada dunia luar. "
Negara-negara berkembang di Asia Pasifik di bawah UNESCAP sedikit menurunkan pertumbuhan mereka menjadi 6,5 persen dari tujuh persen tahun lalu. Tingkat pertumbuhan Tiongkok diperkirakan menurun ke 8,6 persen pada tahun 2012, dari lebih dari sembilan persen tahun 2011. Pertumbuhan India akan turun menjadi 6,9 persen dari 7,5 persen tahun lalu.
Para ekonom PBB mengatakan faktor yang mempengaruhi ekonomi Tiongkok dan India termasuk inflasi yang berlangsung lama dan situasi global yang tidak pasti untuk sektor ekspor penting Tiongkok.
Ekonomi Asia-Pasifik juga kemungkinan menghadapi langkah-langkah perdagangan proteksionis selagi negara maju bertujuan untuk membendung tingginya tingkat pengangguran.
Namun, PBB mengatakan kawasan Asia Pasifik akan tetap menjadi jangkar stabilitas ekonomi global terlepas adanya ketidakpastian ekonomi.
"Orang-orang membeli emas", kata seorang pria, sementara orang-orang berspekulasi jangka pendek atas pergerakan logam mulia itu.
Di pasar Asia harga emas ditutup pada 1.593 dolar per ons, bulan keempat terendah dari harga 1.579 dolar sebelumnya.
Jitti Tangsithpakdi, ketua asosiasi pedagang emas Thailand, mengatakan, “Jika perekonomian Eropa lemah, bersamaan dengan Amerika - meskipun kebijakan moneter Amerika semakin melonggar - harga emas akan lebih jatuh.”
Dalam survei terbaru, Komisi Ekonomi dan Sosial PBB untuk Asia Pasifik (UNESCAP) memperingatkan bahwa keprihatinan langsung untuk Asia adalah ketidakpastian prospek bagi Zona Euro, yang bisa merugikan ekspor Asia.
Laporan itu mengatakan gagal bayar utang di Eropa atau jatuhnya mata uang euro bisa berarti kerugian perdagangan senilai hampir 400 juta dolar di Asia.
Aynul Hasan, ekonom senior di UNESCAP, mengatakan, dihadapkan pada ketidakpastian di Eropa, ekonomi Asia Pasifik harus bergeser dari pertumbuhan yang dipicu ekspor ke konsumsi domestik.
"Gagal bayar utang akan berdampak pada pasar keuangan dan akan ada krisis kredit. Tetapi, saya pikir kawasan ini siap, karena Tiongkok sudah mulai seimbang kembali. Mereka sedang bergeser dari pertumbuhan yang dipicu investasi ke pertumbuhan yang dipicu konsumsi. India juga demikian, tetapi India tidak begitu banyak bergantung pada dunia luar. "
Negara-negara berkembang di Asia Pasifik di bawah UNESCAP sedikit menurunkan pertumbuhan mereka menjadi 6,5 persen dari tujuh persen tahun lalu. Tingkat pertumbuhan Tiongkok diperkirakan menurun ke 8,6 persen pada tahun 2012, dari lebih dari sembilan persen tahun 2011. Pertumbuhan India akan turun menjadi 6,9 persen dari 7,5 persen tahun lalu.
Para ekonom PBB mengatakan faktor yang mempengaruhi ekonomi Tiongkok dan India termasuk inflasi yang berlangsung lama dan situasi global yang tidak pasti untuk sektor ekspor penting Tiongkok.
Ekonomi Asia-Pasifik juga kemungkinan menghadapi langkah-langkah perdagangan proteksionis selagi negara maju bertujuan untuk membendung tingginya tingkat pengangguran.
Namun, PBB mengatakan kawasan Asia Pasifik akan tetap menjadi jangkar stabilitas ekonomi global terlepas adanya ketidakpastian ekonomi.