Sejumlah warga Jawa Timur bersama aktivis lingkungan memprotes banyaknya sampah kertas asal Amerika Serikat yang memenuhi Indonesia, yang bercampur dengan sampah plastik serta limbah bahan berbahaya dan beracum (B3). Sambil membawa spanduk dan poster berisi tuntutan, pengunjuk rasa meminta pertanggungjawaban Amerika Serikat atas sampah plastik dan B3 yang membahayakan lingkungan serta masyarakat umum.
Rully Mustika dari Ecoton mengatakan, masyarakat Jawa Timur mendesak pengembalian sampah impor asal Amerika Serikat, yang telah membanjiri desa dan tempat hidup masyarakat Jawa Timur.
“Jadi mereka minta sampah-sampah Amerika yang diselundupkan melalui impor kertas industri kertas itu, mereka minta dikembalikan ke Amerika,” kata Rully.
Sofi Azilan, mahasiswi asal Gresik mengatakan, pengiriman sampah dari negara maju seperti Amerika Serikat ke negara berkembang seperti Indonesia, seharusnya tidak perlu terjadi bila warga Amerika Serikat menyadari bahaya sampah khususnya plastik dan B3 bagi lingkungan dan kesehatan masyarakat.
“Amerika itu negara maju, kenapa Amerika itu harus memberi sampahnya ke negara yang masih berkembang seperti kita. Harusnya negara maju yang penduduknya pintar-pintar, pastinya sudah bisa mikir, sudah bisa mengerti kan, bagaimana dampak-dampaknya (sampah) ke masyarakat seperti ini,” kata Sofi Azilan.
Sofi menambahkan, sebagai negara maju dan memiliki teknologi tinggi, seharusnya Amerika Serikat mampu mengatasi masalah sampahnya sendiri, sehingga tidak perlu mengekspor ke negara lain.
“Pastinya mereka juga punya cara-caranya bagaimana, tidak usah sampai harus memberi ke negara berkembang seperti kita gini. Mereka bisa mikir buat alat itu yang bisa mengolah sampah, bagaimana sampah plastik rumah tangga mereka itu bakal jadi apa yang bermanfaat nantinya, bukannya malah diekspor ke negara berkembang seperti kita gini,” imbuhnya.
Selain menyerahkan tuntutan, pengunjuk rasa juga menyerahkan surat yang ditulis seorang pelajar Jawa Timur kepada Presiden Donald Trump, yang intinya meminta Amerika Serikat tidak lagi membuang sampahnya ke Indonesia.
Sementara itu, Bea Cukai bersama Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan masih melakukan pendalaman terkait 38 kontainer sampah asal Amerika Serikat dan 20 kontainer sampah asal Jerman di Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya. Kepala Kantor Bea Cukai Tanjung Perak Surabaya, Basuki Suryanto mengatakan, rekomendasi reekspor masih belum dikeluarkan oleh KLHK, sehingga reekspor belum dapat dilakukan.
“Sedang dalam proses di Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK). Periksanya sudah, tinggal kita menunggu rekomendasi dari beliau (Menteri LHK) saja,” jelas Basuki. [pr/lt]