Pandemi corona tidak menyurutkan keinginan umat Katolik untuk merayakan Natal bersama, meski dengan keprihatinan dan keterbatasan. Bersama sejumlah Muslim, Gereja Katolik Kristus Raja Surabaya mendekorasi pohon natal dari ratusan masker, sabun cair dan botol cairan penyanitasi tangan, sebagai peringatan bahaya Covid-19.
Sejumlah anggota organisasi Muslim terkemuka, Nahdlatul Ulama terlihat asyik membangun pohon natal di Gereja Katolik Kristus Raja, Surabaya. Kegiatan ini merupakan bentuk solidaritas dan gotong royong antar umat beragama di Surabaya, yang selama ini terjaga dengan baik.
Menurut Nur Cholis, salah seorang yang turut membantu mendekorasi pohon natal itu, upaya ini merupakan bentuk solidaritas sesama warga Indonesia, yang dilakukan tidak hanya pada masa Natal saja.
“Ya apa salahnya kita ini ikut masang (pohon Natal), hanya memasang saja kok. Ini soal tolong menolong, gotong royong. Kebetulan saja moment-nya Natal. Walau pun tidak Natal, ya tetap kita kalau ada kegiatan (dari agama lain) ikut membantu,” jelasnya.
Berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, pohon natal di Gereja Katolik Paroki Kristus Raja Surabaya, kali ini bukan pohon cemara, melainkan kerangka berbentuk pohon dari bambu. Ratusan masker warna-warni dan botol hand sanitizer menjadi ornamen dekorasinya. Nur Cholis mengatakan, keberadaan pohon natal yang unik ini menyampaikan pesan positif agar warga saling menjaga kesehatan satu sama lain.
“Masker ini kan menurut persepsinya teman-teman itu ya perlambang, tapi bagi saya ini unik. Biasanya kami ini melihat pohon natal itu (berbentuk) pohon cemara, ada yang dari daur ulang, ada yang dari apalah, plastik dan sebagainya, tapi ini dari masker. Ketika pandemi ini kan cocok, masker, hand sanitizer, sabun cair. Apalagi info dari panitia, setelah perayaan natal ini selesai, ini kemudian dicuci, kemudian dibagikan ke masyarakat.”
Pastor Kepala Paroki Kristus Raja, Romo Mercelinus Hardo Iswanto, menyebut ide dan pembuatan pohon natal protokol kesehatan ini sebagai bentuk keterlibatan gereja terhadap upaya penanggulangan virus corona melalui penerapan protokol kesehatan.
“Representasi dari protokol kesehatan 3 M itu, misalnya memakai masker, di situ ada masker baru, dan itu dikumpulkan dari setiap lingkungan dan wilayah, melalui keluarga-keluarga di wilayah dan lingkungan itu, dikoordinir oleh ketua wilayahnya lalu mengirim ke gereja. Protokol kedua, sering cuci tangan, itu kan mengandaikan kita memerlukan sabun, maka di situ juga digantung sabun-sabun cair, juga hand sanitizer, supaya 3 M yang dijadikan sarana kita melindungi diri kita, menjaga sesama kita itu diingatkan melalui pohon natal ini,” kata Hardo Iswanto.
Hadi, sanggota di Paroki Kristus Raja berharap umat Kristen dapat merayakan natal dengan tetap sehat melalui 3 M. “Semoga umat di gereja ini selalu ingat akan protokol kesehatan, jadi kita akan ingat bahwa dalam masa pandemi ini ya kita harus ingat protokol itu,” jelas Hadi.
Natal dirayakan h sekitar 10 persen dari 270 juta penduduk Indoesia. Karena kasus COVID-19 yang terus meningkat., pemerintah mengimbau masyarakat untuk tidak merayakan Natal dan Tahun Baru di tempat-tempat umum. [pr/ab]