Utusan Perancis dan AS untuk Lebanon berencana mengunjungi Arab Saudi, kata kedutaan Perancis hari Rabu (7/7), sebuah langkah yang tidak biasa di tengah tekanan internasional untuk mengangkat Lebanon keluar dari krisis politik dan ekonomi yang bergolak.
Kunjungan hari Kamis itu (8/7) dilakukan ketika Lebanon memerangi kelangkaan dan kenaikan harga barang-barang pokok yang dinilai Bank Dunia sebagai salah satu krisis ekonomi terburuk di dunia sejak tahun 1850-an.
Beberapa negara adidaya telah menuntut terbentuknya sebuah pemerintahan Lebanon yang baru sebelum bantuan finansial apa pun dapat diberikan kepada negara yang menghadapi kekurangan uang tunai tersebut. Akan tetapi para politisi Lebanon selama sekitar 11 bulan gagal menyepakati susunan sebuah pemerintahan yang baru.
"Duta Besar (Perancis) akan menjelaskan betapa mendesaknya keadaan agar pejabat Lebanon membentuk pemerintahan yang kredibel dan efektif guna melaksanakan penerapan reformasi yang diperlukan," kata kedutaan tersebut.
Utusan Perancis bersama "mitranya dari Amerika, akan mengungkapkan keinginan kedua negara itu untuk menekan pihak-pihak yang bertanggung jawab atas kebuntuan itu," papar kedutaan Perancis lebih jauh.
Juni lalu, beberapa diplomat tinggi Amerika Serikat, Perancis dan Arab Saudi bersama-sama mendesak sejumlah pemimpin Lebanon yang berselisih untuk bersatu.
Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengadakan pertemuan dadakan dengan rekan-rekan setaranya dari Arab Saudi dan Perancis di Italia di sela-sela pertemuan Kelompok G-20.
Mereka membahas "perlunya para pemimpin politik Lebanon menunjukkan kepemimpinan nyata dengan menerapkan reformasi untuk menstabilkan ekonomi termasuk memberikan bantuan yang sangat dibutuhkan rakyat Lebanon," tulis Blinken di Twitter.
Krisis ekonomi telah memangkas lebih dari 90 persen nilai mata uang Lebanon terhadap dolar di pasar gelap, dan lebih dari separuh penduduk sekarang menghadapi kemiskinan. [mg/jm]