Roket-roket ditembakkan dari Lebanon ke arah Israel pada Rabu (19/5), mendorong Israel melancarkan serangan artileri ke sasaran-sasaran di Lebanon.
Ini adalah ketiga kalinya roket ditembakkan dari Lebanon ke Israel sejak bentrokan antara Israel dan Hamas meletus awal bulan ini. Namun, para pakar memperkirakan Hizbullah, kelompok militan yang mendominasi kekuasaan di Lebanon, tidak akan mengambil tindakan untuk semakin meningkatkan ketegangan regional.
Para pejabat Israel telah mengindikasikan bahwa mereka yakin faksi kecil Palestina berada di balik serangan roket dari Lebanon dan bukan Hizbullah, yang memiliki akses ke roket canggih.
“Sangat tidak mungkin (meskipun tidak mustahil) bahwa ketegangan di perbatasan Lebanon-Israel akan meningkat sedemikian sehingga menjadi pembenaran atau menyebabkan konfrontasi langsung antara Hizbullah dan Pasukan Pertahanan Israel,” kata Christophe Abi-Nassif, direktur Program Lebanon di Institut Timur Tengah (MEI), kepada VOA.
Dia menambahkan bahwa Hizbullah telah mengadopsi pendekatan pengendalian diri saat ini mengingat bahwa akan timbul banyak kerugian di dalam negeri.
“Tidak hanya partai tersebut tidak memiliki apa-apa pada tahap ini, tetapi perhitungan politik dan aliansi di dalam negeri serta situasi ekonomi Lebanon yang payah membuat konflik terbuka dengan Israel sangat merugikan. Meskipun tidak ada potensi konflik, Hizbullah memiliki lebih banyak isu penting yang harus diatasi di Lebanon saat ini daripada di titik mana pun dalam beberapa tahun terakhir,” kata Abi-Nassif.
Israel dan Hizbullah berperang selama 34 hari pada 2006 yang menyebabkan lebih dari 1.200 orang Lebanon tewas. [lt/em]