Tekanan China terkait memburuknya sengketa kedaulatan maritim telah menambah momentum bagi upaya Malaysia untuk memodernisasi angkatan udaranya, termasuk pembelian 36 pesawat baru, demikian keyakinan para analis.
Kementerian Pertahanan Malaysia, pada 22 Juni, mengeluarkan pemberitahuan yang mengatakan akan menerima tawaran pesawat tempur ringan dan pelatih angkatan udara. Tender terbuka selama tiga bulan untuk 18 pesawat pertama itu sesuai dengan upaya modernisasi luas Angkatan Udara Kerajaan Malaysia.
Sebuah rencana yang dijuluki Capability 55, menyerukan pembelian 18 pesawat lagi dari jenis yang sama menjelang tahun 2025 ditambah enam sistem udara tak berawak untuk meningkatkan patroli maritim. Upaya angkatan udara untuk memperoleh perangkat keras baru itu menyusul modernisasi angkatan laut yang diumumkan pada 2017. Para analis mengatakan ketika itu peningkatan armada akan membantu pemantauan kapal-kapal China di Laut China Selatan yang diperebutkan dan kaya sumber daya.
Kementerian Luar Negeri Malaysia pada awal bulan ini memprotes 16 pesawat tempur China yang tertangkap radar berada dalam radius 111 kilometer di lepas pantai Pulau Kalimantan yang terletak di Laut China Selatan.
Para pakar negara Asia Tenggara mengatakan penerbangan di atas wilayah Malaysia oleh China itu meningkatkan urgensi untuk memperbarui pesawat di Malaysia.
“Insiden itu menyoroti perlunya Malaysia memiliki pesawat patroli yang lebih modern,” kata Oh Ei Sun, peneliti tamu di Institut Urusan Internasional Singapura. Menurut Sun umumnya peralatan angkatan udara Malaysia benar-benar ketinggalan jaman.
Aktivitas China sendiri tidak mendorong angkatan udara Malaysia melakukan perombakan total tapi langkah perbaikan tidak bisa diabaikan, kata Shariman Lockman, analis senior kebijakan luar negeri dan studi keamanan di Institut Studi Strategis dan Internasional di Malaysia. [my/ab]