Sejumlah kontainer berisi uranium alami yang dilaporkan hilang oleh lembaga pengawas nuklir PBB di negara yang dilanda perang Libya telah ditemukan, kata seorang jenderal dari salah satu dari dua kubu yang bersaing di negara itu pada Kamis (16/3).
Jenderal Khaled al-Mahjoub, komandan divisi komunikasi pemimpin timur Khalifa Haftar, mengatakan di laman Facebooknya bahwa kontainer berisi uranium itu telah ditemukan “kurang dari lima kilometer” dari lokasi penyimpanannya di wilayah Sabha, di selatan Libya.
“Keadaan sudah terkendali. IAEA telah diberitahu,” kata Mahjoub kepada AFP.
Pada hari Rabu (15/3), Badan Energi Atom Internasional (IAEA) di Wina melaporkan bahwa 2,5 ton uranium alami hilang dari salah satu lokasi penyimpanan di Libya.
Menyusul pemberitahuan penemuan kembali uranium itu hari Kamis, IAEA mengaku sedang mencoba memverifikasi informasi tersebut.
Konsentrat bijih uranium dianggap memancarkan radioaktivitas yang rendah.
Inspektur IAEA pada hari Selasa (14/3) menemukan bahwa “10 drum berisi sekitar 2,5 ton uranium alami dalam bentuk konsentrat bijih uranium tidak ada” seperti yang sebelumnya dinyatakan di lokasi tersebut, tulis Direktur Jenderal IAEA Rafael Grossi dalam sebuah laporan kepada negara anggota.
Zat tersebut umumnya dikenal dengan sebutan “kue kuning (yellowcake),” serbuk yang terdiri dari sekitar 80 persen uranium oksida. Zat itu digunakan dalam persiapan bahan bakar nuklir untuk reaktor, dan juga bisa diperkaya untuk digunakan dalam senjata nuklir.
Risiko zat tersebut “terbatas tetapi tidak dapat diabaikan,” menurut seorang diplomat negara Barat.
“Bahan nuklir yang hilang merupakan masalah perlindungan dan keamanan nuklir, terutama mengingat situs tersebut tidak berada di bawah kendali otoritas regulator di Libya,” kata diplomat itu. [rd/jm]
Forum