Jawa Timur merupakan provinsi berpenduduk terpadat kedua di Indonesia dengan jumlah hampir 38 juta jiwa, menjadi salah satu indikator penyebab munculnya berbagai permasalahan kependudukan, khususnya terkait pemenuhan kebutuhan air bersih dan sehat bagi masyarakat.
Untuk itu, lembaga pembangunan internasional AS, USAID dengan salah satu afiliasinya untuk program air, sanitasi dan kebersihan perkotaan Indonesia (IUWASH), meluncurkan bantuan program air bersih di Jawa Timur, khususnya bagi masyarakat berpenghasilan rendah.
Pada tahun ini, program tersebut ditujukan untuk enam kabupaten dan kota di Jawa Timur sebagai penerima bantuan tersebut, yaitu Surabaya, Probolinggo, kabupaten Lamongan, Mojokerto, Gresik dan Sidoarjo.
Direktur Umum PDAM Delta Tirta Sidoarjo, Abdul Basit Lao mengatakan, pertumbuhan penduduk yang lebih cepat dibanding pertambahan jumlah pelanggan, yang baru berjumlah sekitar 100.000 pelanggan, menjadi bukti masih sangat sedikit jumlah masyarakat yang terlayani kebutuhan air bersih dari pemerintah. Sidoarjo memiliki penduduk sekitar 1,9 juta.
“Cakupan layanan yang ada saat ini baru mencapai 30 persen. Kenapa sedemikian kecil, karena pertumbuhan penduduk di sana lebih cepat dari pertumbuhan pelanggan,” ujarnya.
Koordinator program IUWASH untuk regional Jawa Timur, Laksmi Cahyaniwati, mengatakan masyarakat berpenghasilan rendah menjadi sasaran utama program ini, karena banyak kendala yang dihadapi Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM), yang tidak memungkinkan untuk melayani kebutuhan masyarakat akan air bersih.
“Akhirnya muncul skema master meter untuk memberikan pelayanan bagi masyarakat yang tidak bisa diberikan pelayanan oleh PDAM. Contohnya adalah kawasan yang informal istilahnya, dimana tanahnya milik PT Kereta Api Indonesia, atau pengairan, dan PDAM tidak diperkenankan membuat sambungan langsung ke rumah,” ujar Laksmi.
“Tanpa sistem yang berbasis masyarakat seperti master meter ini, mereka tidak akan pernah mendapat air minum dari PDAM.”
Direktur Kantor Pengembangan USAID, John Hansen, mengatakan program penyediaan air bersih dengan penyambungan komunal melalui meteran induk yang telah dibuat diharapkan mampu meningkatkan pelayanan penyediaan air bersih untuk bahan baku air minum oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM). Pelayanan ini juga diharapkan mampu menjangkau masyarakat, yang tinggal di daerah pelosok dan sulit dijangkau dari pusat perkotaan, demi terpenuhinya kebutuhan air bersih yang berguna bagi kesehatan.
“Ada sebagian masyarakat yang tidak punya, tapi harus membayar banyak dari penjual air. Program ini baik untuk mereka karena orang bisa menerima air kapan saja,” ujarnya.
Untuk itu, lembaga pembangunan internasional AS, USAID dengan salah satu afiliasinya untuk program air, sanitasi dan kebersihan perkotaan Indonesia (IUWASH), meluncurkan bantuan program air bersih di Jawa Timur, khususnya bagi masyarakat berpenghasilan rendah.
Pada tahun ini, program tersebut ditujukan untuk enam kabupaten dan kota di Jawa Timur sebagai penerima bantuan tersebut, yaitu Surabaya, Probolinggo, kabupaten Lamongan, Mojokerto, Gresik dan Sidoarjo.
Direktur Umum PDAM Delta Tirta Sidoarjo, Abdul Basit Lao mengatakan, pertumbuhan penduduk yang lebih cepat dibanding pertambahan jumlah pelanggan, yang baru berjumlah sekitar 100.000 pelanggan, menjadi bukti masih sangat sedikit jumlah masyarakat yang terlayani kebutuhan air bersih dari pemerintah. Sidoarjo memiliki penduduk sekitar 1,9 juta.
“Cakupan layanan yang ada saat ini baru mencapai 30 persen. Kenapa sedemikian kecil, karena pertumbuhan penduduk di sana lebih cepat dari pertumbuhan pelanggan,” ujarnya.
Koordinator program IUWASH untuk regional Jawa Timur, Laksmi Cahyaniwati, mengatakan masyarakat berpenghasilan rendah menjadi sasaran utama program ini, karena banyak kendala yang dihadapi Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM), yang tidak memungkinkan untuk melayani kebutuhan masyarakat akan air bersih.
“Akhirnya muncul skema master meter untuk memberikan pelayanan bagi masyarakat yang tidak bisa diberikan pelayanan oleh PDAM. Contohnya adalah kawasan yang informal istilahnya, dimana tanahnya milik PT Kereta Api Indonesia, atau pengairan, dan PDAM tidak diperkenankan membuat sambungan langsung ke rumah,” ujar Laksmi.
“Tanpa sistem yang berbasis masyarakat seperti master meter ini, mereka tidak akan pernah mendapat air minum dari PDAM.”
Direktur Kantor Pengembangan USAID, John Hansen, mengatakan program penyediaan air bersih dengan penyambungan komunal melalui meteran induk yang telah dibuat diharapkan mampu meningkatkan pelayanan penyediaan air bersih untuk bahan baku air minum oleh Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM). Pelayanan ini juga diharapkan mampu menjangkau masyarakat, yang tinggal di daerah pelosok dan sulit dijangkau dari pusat perkotaan, demi terpenuhinya kebutuhan air bersih yang berguna bagi kesehatan.
“Ada sebagian masyarakat yang tidak punya, tapi harus membayar banyak dari penjual air. Program ini baik untuk mereka karena orang bisa menerima air kapan saja,” ujarnya.