Seorang diplomat Jerman, hari Kamis (23/5) melawat ke Teheran untuk mendesak Iran agar terus menghormati kesepakatan nuklir tahun 2015, meskipun AS telah menyatakan mundur dari kesepakatan itu dan tekanan dari Washington kian meningkat.
Ketegangan meningkat di Timur Tengah baru-baru ini setelah Gedung Putih sebelumnya bulan ini mengirim sebuah kapal induk dan pesawat-pesawat pembom B-52 ke kawasan itu karena menghadapi ancaman yang tidak jelas dari Iran.
Di Berlin, Kementerian Luar Negeri mengatakan Direktur Urusan Politik Jens Ploetner dijadwalkan akan melangsungkan pembicaraan dengan Wakil Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi, Kamis, dalam usaha menyelamatkan kesepakatan nuklir yang ditandangani di Wina tahun 2015. Kesepakatan itu goyah sejak pemerintahan Trump menarik mundur AS dari kesepakatan tersebut dan meningkatkan sanksi-sanksinya terhadap Teheran tahun lalu.
Kunjungan utusan Jerman ini juga berlangsung menyusul pernyataan Iran sebelumnya bulan ini bahwa negara-negara lain penandatangan kesepakatan itu – Jerman, Perancis, Inggris, Tiongkok dan Rusia – diberi waktu selama dua bulan untuk menyusun rencana yang dapat melindungi Iran dari sanksi-sanksi Amerika.
“Situasi di Teluk Persia dan kawasan itu, serta situasi yang melingkup kesepakatan nuklir Wina, luar biasa serius, “ kata Kementerian Luar Negeri Jerman dalam sebuah e-mail ke kantor berita Associated Press. “Ada resiko eskalasi akan meningkat – termasuk karena kesalahpahaman atau insiden. Dalam situasi seperti ini, dialog sangatlah penting.” (ab)