Uzbekistan telah hadir sebagai partner diaolog utama Taliban, melakukan kontak dengan negara tetangganya di selatan seputar berbagai isu. Di saat yang sama, Uzbekistan menegaskan tidak akan secara resmi mengakui pemerintahan di Afghanistan sebelum komunitas dunia mengakuinya.
Sikap tersebut telah memungkinkan negara itu mulai menjajaki peluang kerjasama ekonomi dengan Kabul tanpa menimbulkan kegusaran bagi Amerika Serikat dan sejumlah negara Barat lainnya yang berusaha mengisolir Afghanistan lewat pembekuan aset dan berbagai macam sanksi lainnya.
Ismatulla Irgashev, yang merupakan utusan khusus Presiden Uzbekistan Shavkat Mirziyoyev untuk urusan Afghanistan, mengatakan dalam sebuah wawancara di Tashkent bahwa pemerintahnya bekerja secara erat dengan Taliban.
“Kami memiliki kontak-kontak yang lama dan kuat, berbicara secara teratur, dan membahas kerja sama.”
Uzbekistan menganggap Taliban sebagai "kenyataan yang harus diterima", demikian penjelasan Irgashev. Ia menambahkan bahwa negaranya tidak memiliki opsi lain selain menjalin hubungan dengan negara tetangganya tersebut karena ikatan wilayah perbatasan, sejarah dan budaya kuat.
“Bayangkan apa yang terjadi kalau kami tidak berhubungan .. lebih banyak konflik, perang saudara lagi, lebih banyak pertumpahan darah, kemiskinan, penderitaan, dan ancaman pada tetangga dan masyarakat internasional,” tambah Irgashev.
Dalam jangka pendek, Uzbekistan telah menjadi penghubung utama bagi pengerahan bantuan kemanusiaan untuk Afghanistan, sehingga menerima apresiasi dari negara-negara donor.
“Kami sangat menyambut gembira dukungan bantuan kemanusiaan yang Anda berikan kepada warga Afghanistan,” kata Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken ketika melangsungkan pembicaraan dengan pemerintah Uzbekistan pada Maret lalu. [jm/ka]