Keberadaan HPV (human papilloma virus) sudah umum. Delapan puluh persen perempuan mengidap virus itu dalam satu masa hidup mereka dan sering tidak menimbulkan penyakit.
Tetapi virus HPV dapat menyebabkan kanker leher rahim. Pada tahun 2006, Badan Pangan dan Obat Amerika menyetujui Gardasil, vaksin yang dapat melawan virus HPV. Tetapi sejak itu hanya separuh jumlah remaja putri Amerika menerima vaksin HPV, jumlah yang menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika mengecewakan.
Kontroversi muncul dari fakta bahwa HPV ditularkan lewat hubungan seks. Sebagian gubernur ingin agar semua remaja putri di negara bagian mereka diberi vaksin itu. Tetapi banyak keluarga telah menolak program vaksinasi itu karena mereka merasa bahwa hal itu dapat mendorong perilaku seksual yang berisiko.
Itulah kekhawatiran aktivis konservatif Linda Klepacki. Ia mengatakan, "Karena ini untuk penularan lewat hubungan seks, maka penting bagi para orang tua untuk berhak mengimunisasi anak mereka atau tidak."
Komisi penasehat CDC sekarang menyarankan badan kesehatan federal agar memberi vaksin itu juga kepada remaja putra. Alasannya, virus HPV, yang ditularkan melalui kontak seksual, juga dapat menyebabkan kanker kepala dan leher serta dubur dan kelamin.
Sebagian besar dokter ingin agar orang tua berfokus pada pencegahan kanker dan tidak memandang penyakit sebagai masalah moral.
Dr. Eric Genden dari Mt. Sinai School of Medicine mengatakan, "Vaksin ini sangat penting, sama seperti polio dan penyakit gondok, dan semua vaksin lain yang diberikan kepada anak-anak."
CDC menghendaki imunitas yang lebih besar. Jika remaja putra mendapat vaksin itu maka lebih sedikit dari mereka yang menderita kutil kelamin dan berbagai jenis kanker. Selain itu, lebih sedikit remaja putri yang terinfeksi penyakit tersebut dan beresiko terkena kanker leher rahim.
Penelitian baru mengindikasikan virus HPV juga dapat menyebabkan penyakit jantung. Dengan penyakit jantung sebagai penyebab utama kematian di dunia, vaksin kontroversial ini mendapat satu dukungan lagi.