Presiden berhaluan kiri itu mengumumkan hal itu Sabtu (28/2), bertujuan mengendalikan campur tangan Amerika pada masalah-masalah di Venezuela.
Beberapa bulan terakhir ini, Presiden Maduro memperkuat tuduhan rencana kudeta dan pembunuhan terhadap dirinya, yang sering kali diduga atas dukungan Amerika, selagi negaranya menghadapi krisis ekonomi parah dan turunnya kepopularitasan.
"Untuk melindungi negara kita, saya telah memutuskan untuk menerapkan suatu sistem wajib visa bagi semua warga Amerika yang memasuki Venezuela," katanya kepada para pendukungnya.
Di bawah peraturan baru itu, Venezuela akan mulai mengenakan biaya pada wisatawan Amerika, sama dengan biaya yang dikenakan Amerika kepada warga Venezuela, meskipun tidak jelas kapan rencana itu diterapkan.
Tetapi pembatasan-pembatasan itu juga dapat berpengaruh pada pebisnis yang mencari investasi di salah satu negara penghasil minyak terbesar di dunia itu.
Dalam pidatonya yang berapi-api di luar istana presiden Miraflores, Maduro mencatat bahwa Amerika mempunyai 100 staf diplomatik di Caracas, dibanding dengan Venezuela yang hanya mempunyai 17 diplomat di Washington, DC.
Ia menyebutkan ketentuan Konvensi Vienna tentang kesetaraan negara berkenaan dengan ukuran masing-masing misi diplomatik dalam memerintahkan kementerian luar negerinya untuk mengurangi, menyesuaikan dan membatasi jumlah pejabat Amerika” di kedutaan Amerika di Caracas.
Departemen Luar Negeri Amerika mengatakan, tidak menerima komunikasi diplomatik apapun mengenai pengurangan pegawai ataupun visa di kedutaannya.
Namun, seorang pejabat senior Amerika menegaskan, tuduhan Venezuela terus-menerus terhadap Amerika yang terlibat dalam upaya-upaya membuat negara itu tidak stabil adalah tidak beralasan dan tidak benar.
