Menteri Luar Negeri Venezuela mengatakan hari Selasa bahwa negara itu akan melangkah maju dengan rencana untuk memilih para anggota majelis konstitusi dan meninjau kembali hubungan dengan Amerika Serikat, meskipun ada ancaman sanksi dari Presiden Amerika Donald Trump.
"Majelis konstitusi sedang berlangsung,” kata Menteri Luar Negeri Samuel Moncada di televisi pemerintah. Dia juga mengatakan bahwa Venezuela "melakukan tinjauan mendalam terhadap hubungan dengan pemerintah Amerika karena kami tidak menerima penghinaan dari siapapun."
Presiden Trump mengatakan Senin malam bahwa Amerika Serikat akan mengambil "tindakan ekonomi yang kuat dan cepat" kalau Maduro meneruskan
rencananya.
"Rakyat Venezuela kembali menegaskan bahwa mereka membela demokrasi, kebebasan, dan penegakan hukum," kata presiden Amerika dalam sebuah pernyataan. "Tetapi tindakan kuat dan berani mereka terus diabaikan oleh pemimpin buruk yang mengimpikan untuk menjadi seorang diktator."
Komentar Trump datang setelah oposisi Venezuela meluncurkan apa yang dikatakannya sebagai “offensiv akhir" terhadap Maduro dan menyerukan pemilihan presiden awal.
Dalam sebuah referendum nasional yang tidak mengikat yang diselenggarakan oleh kelompok oposisi, lebih dari tujuh juta orang Venezuela - hampir sepertiga dari pemilih nasional - meminta Maduro untuk menghentikan gagasan memilih majelis khusus untuk menyusun konstitusi baru.
Kelompok oposisi juga menyerukan pemogokan umum sepanjang hari Kamis, dengan harapan menekan Maduro untuk membatalkan rencana membentuk konstitusi baru.
Maduro tidak mempedulikan seruan oposisi.
Maduro menyebut referendum oposisi ilegal dan tetap berencana memilih majelis khusus pada 30 Juli mendatang. [sp]