Amerika Serikat tidak memiliki kebijakan wajib militer sejak tahun 1973, tetapi semua laki-laki usia 18 sampai 25 tahun masih harus mendaftarkan diri pada Selective Service System atau “Sistem Dinas Selektif,” yakni badan pemerintah yang bertugas memberlakukan wajib militer dalam keadaan darurat nasional. Tidak lama lagi, perempuan muda kemungkinan juga diharuskan mendaftarkan diri.
Panglima Angkatan Darat dan panglima Korps Marinir baru-baru ini mengatakan kepada Komite Angkatan Bersenjata Senat bahwa perempuan semestinya mendaftar, dan sebuah rancangan undang-undang telah diajukan di Kongres. RUU itu nantinya mengharuskan perempuan yang memenuhi syarat untuk mendaftar wajib militer. Isu ini memicu kontroversi.
Lebih dari 200 ribu perempuan kini aktif bertugas dalam dinas militer, dan Menteri Pertahanan Amerika Ash Carter tahun lalu mengumumkan bahwa perempuan militer sekarang dapat bertugas dalam semua peran tempur.
Sekitar 150 prajurit perempuan telah tewas dalam tugas aktif dalam berbagai konflik sejak tahun 2001, terutama oleh ledakan bom atau kecelakaan pesawat.
Kini, para panglima militer mendorong agar semua perempuan yang memenuhi syarat, yang berusia antara 18-25 tahun, mendaftarkan diri dalam wajib militer.
"Ini tercermin sebagian pada arah dalam masyarakat kita sekarang, yakni integrasi gender sepenuhnya dalam angkatan bersenjata. Saya juga berpendapat ini bagian dari upaya menjembatani kesenjangan antara militer dan sipil. Jadi bagi perempuan, jika mereka menginginkan hak yang sama, sekarang mereka memiliki tugas yang sama,” kata Ruth ben-Ghiat mengajar sejarah militer di New York University.
Tapi pertama-tama, RUU itu harus lolos di Kongres. Sebagian besar kandidat capres tahun ini mengatakan mereka tidak menentangnya, kecuali Senator Ted Cruz dari Partai Republik.
“Tapi gagasan bahwa pemerintah federal secara paksa akan mengerahkan anak-anak perempuan kita dan menempatkan mereka dalam peran tempur, dalam lubang-lubang perlindungan untuk memerangi jihadis, psikopat dengan berat badan 100 kilogram, adalah gagasan yang gila,” kata Senator Ted Cruz.
Para aktivis perempuan muda ikut mendorong timbulnya gagasan pendaftaran wajib militer. Elizabeth Kyle-Labell, seorang mahasiswi, pada tahun 2013 mengajukan gugatan diskriminasi terhadap Sistem Dinas Selektif.
“Jika perempuan berperang seperti pria dianggap tidak bermoral, maka pria juga seharusnya tidak berperang. Kita tidak perlu punya militer, karena perempuan dapat melakukan apa saja yang dapat dilakukan pria,” jelas Elizabeth Kyle-Labell.
Jajak pendapat masih diperlukan untuk mengetahui reaksi terhadap keharusan perempuan mendaftarkan diri untuk wajib militer. “Organisasi Nasional bagi Perempuan” mengatakan kepada VOA bahwa pada tahun 1980 pihaknya menentang wajib militer, tetapi mengatakan bahwa jika ada wajib militer, organisasi itu mendukung diikutsertakannya perempuan atas dasar yang sama dengan laki-laki. [lt/ab]