Keprihatinan terhadap kondisi umat Islam saat ini menjadi alasan utama sekitar 800 Muslim di Amerika datang ke Muktamar Mayarakat Muslim Indonesia di Amerika (IMSA) ke-17 di Houston, Texas.
Keprihatinan sama disampaikan Wakil Dubes Indonesia untuk Amerika Sidharto Suryodipuro yang mengatakan Islam dan negara berpenduduk mayoritas Muslim, 1,7 milyar, identik dengan keterbelakangan, kemiskinan, konflik, kekerasan, tidak demokratis, dan tidak menghormati HAM.
“Sebagai umat, kita tentu tidak boleh berdiam diri atau berpangku tangan. Kita umat Islam harus bekerja keras untuk mengubah persepsi negatif mengenai Islam dan Muslim," kata Sidharto Suryodipuro.
Dalam sambutan ketika membuka Muktamar IMSA bersama Malaysian Islamic Student Group (MISG) 2016, Sidharto juga mengingatkan agar umat Islam menjadi perekat kesatuan dan persatuan yang selama ini diperjuangkan di Indonesia.
“Umat Islam di Indonesia harus menunjukkan kepada dunia bahwa Islam di Indonesia adalah agama yang menjaga pluralisme. Kepentingan politik dan ekonomi jangka pendek jangan sampai menggerogoti persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia yang kita perjuangkan selama ini,” lanjutnya.
Walaupun Islam diproyeksikan menjadi agama terbesar di dunia pada tahun 2050, berbagai peristiwa di dunia sejauh ini memposisikan Muslim di persimpangan. Tantangan yang dihadapi semakin besar walaupun kualitas Islam semakin berkembang termasuk di Amerika.
Pembicara utama dalam acara pembukaan Muktamar IMSA 2016, aktivis antar-agama di Amerika, Shamsi Ali mengingatkan Islamophobia meningkat justru karena Muslim belum merepresentasikan Islam yang sesungguhnya, yang berkontribusi positif dalam kehidupan manusia.
“Kita adalah rasul-rasul Islam yang ada di Amerika,” kata Shamsi Ali.
Shamsi Ali juga mengingatkan dialog antar-agama harus menjadi bagian kehidupan. “Itu memang amanah al Quran,” lanjutnya.
Bertajuk "Towards One Productive Ummah: Service to Humanity", muktamar yang berlangsung sampai 29 Desember, akan diisi diskusi beragam isu yang menyangkut kehidupan sehari-hari dalam keluarga maupun komunitas.
Bagi peserta acara tahunan itu, seperti disampaikan Presiden IMSA Syafrin Setiawan Murdaz,“Muktamar itu kan sesuatu yang unik. Maknanya banyak buat kita.” [ka]