Meski anak-anak Amerika masih menghabiskan bagian dari harinya untuk membaca, waktu untuk membaca sebagai aktivitas santai berkurang dibandingkan berpuluh tahun lalu, dan kemampuan membaca pun turun signifikan, menurut laporan yang dirilis Senin (12/5).
Lembaga nirlaba Common Sense Media di San Francisco, yang fokus pada efek-efek media dan teknologi pada anak-anak, menerbitkan laporan tersebut, yang mengumpulkan informasi dari beberapa studi dan basis data nasional.
"Laporan ini membawa peringatan," ujar Vicky Rideout, penulis utama laporan tersebut.
“Kami melihat penurunan yang sangat besar dalam hal membaca di kalangan remaja dan kecepatan penurunannya pun lebih cepat."
Laporan itu menunjukkan bahwa presentase anak umur 9 tahun yang membaca untuk santai sekali atau lebih setiap minggu telah turun dari 81 persen pada 1984 menjadi 76 persen pada 2013, berdasarkan studi-studi pemerintah. Bahkan ada penurunan lebih besar di antara anak-anak berusia di atas itu.
Sebagian besar jarang membaca untuk kesenangan. Sekitar sepertiga dari anak berusia 13 tahun dan setengah dari remaja 17 tahun dalam sebuah studi mengatakan mereka membaca untuk santai kurang dari dua kali per tahun.
Dari mereka yang membaca atau dibacakan, anak-anak cenderung menghabiskan rata-rata antara 30 menit dan satu jam setiap hari dengan aktivitas tersebut, menurut laporan tersebut. Anak-anak yang lebih tua dan remaja cenderung membaca untuk santai dengan waktu yang sama setiap hari.
Rideout memperingatkan bahwa mungkin ada perbedaan dalam bagaimana orang melihat teks dan studi-studi yan gdisertakan mungkin tidak memasukkan cerita-cerita yang dibaca di Internet atau di media sosial.
Laporan itu juga menemukan bahwa banyak anak-anak yang kesulitan membaca. Hanya sekitar sepertiga dari murid-murid kelas empat yang sudah lancar membaca dan sepertiga lagi mendapat nilai di bawah "basic" dalam hal kemampuan membaca.
Meski demikian, nilai kemampuan membaca anak-anak telah meningkat sejak 1970an, menurut salah satu tes yang mengukur kemampuan membaca.
Namun nilai membaca di antara remaja berusia 17 tahun relatif sama sejak 1970an.
Sekitar 46 persen anak-anak kulit putih dianggap lancar membaca, dibandingkan dengan 18 persen pada anak kulit hitam dan 20 persen pada anak-anak Hispanik.
"Dua puluh tahun berlalu tanpa kemajuan adalah sesuatu yang memalukan," ujar Rideout.
Laporan itu mengatakan bahwa supaya anak-anak lebih sering membaca, para orangtua harus lebih sering meluangkan waktu dan memberi contoh sebagai pembaca. (Reuters)
Lembaga nirlaba Common Sense Media di San Francisco, yang fokus pada efek-efek media dan teknologi pada anak-anak, menerbitkan laporan tersebut, yang mengumpulkan informasi dari beberapa studi dan basis data nasional.
"Laporan ini membawa peringatan," ujar Vicky Rideout, penulis utama laporan tersebut.
“Kami melihat penurunan yang sangat besar dalam hal membaca di kalangan remaja dan kecepatan penurunannya pun lebih cepat."
Laporan itu menunjukkan bahwa presentase anak umur 9 tahun yang membaca untuk santai sekali atau lebih setiap minggu telah turun dari 81 persen pada 1984 menjadi 76 persen pada 2013, berdasarkan studi-studi pemerintah. Bahkan ada penurunan lebih besar di antara anak-anak berusia di atas itu.
Sebagian besar jarang membaca untuk kesenangan. Sekitar sepertiga dari anak berusia 13 tahun dan setengah dari remaja 17 tahun dalam sebuah studi mengatakan mereka membaca untuk santai kurang dari dua kali per tahun.
Dari mereka yang membaca atau dibacakan, anak-anak cenderung menghabiskan rata-rata antara 30 menit dan satu jam setiap hari dengan aktivitas tersebut, menurut laporan tersebut. Anak-anak yang lebih tua dan remaja cenderung membaca untuk santai dengan waktu yang sama setiap hari.
Rideout memperingatkan bahwa mungkin ada perbedaan dalam bagaimana orang melihat teks dan studi-studi yan gdisertakan mungkin tidak memasukkan cerita-cerita yang dibaca di Internet atau di media sosial.
Laporan itu juga menemukan bahwa banyak anak-anak yang kesulitan membaca. Hanya sekitar sepertiga dari murid-murid kelas empat yang sudah lancar membaca dan sepertiga lagi mendapat nilai di bawah "basic" dalam hal kemampuan membaca.
Meski demikian, nilai kemampuan membaca anak-anak telah meningkat sejak 1970an, menurut salah satu tes yang mengukur kemampuan membaca.
Namun nilai membaca di antara remaja berusia 17 tahun relatif sama sejak 1970an.
Sekitar 46 persen anak-anak kulit putih dianggap lancar membaca, dibandingkan dengan 18 persen pada anak kulit hitam dan 20 persen pada anak-anak Hispanik.
"Dua puluh tahun berlalu tanpa kemajuan adalah sesuatu yang memalukan," ujar Rideout.
Laporan itu mengatakan bahwa supaya anak-anak lebih sering membaca, para orangtua harus lebih sering meluangkan waktu dan memberi contoh sebagai pembaca. (Reuters)