Tautan-tautan Akses

Wapres AS Tulis Artikel Opini Serukan Pembebasan Marrero di Venezuela


Pemimpin oposisi Venezuela Juan Guaido (kedua dari kiri) mengunjungi rumah pembantu utamanya Roberto Marrero di Caracas, pasca penahanan Marrero hari Kamis (21/3).
Pemimpin oposisi Venezuela Juan Guaido (kedua dari kiri) mengunjungi rumah pembantu utamanya Roberto Marrero di Caracas, pasca penahanan Marrero hari Kamis (21/3).

Wakil Presiden Mike Pence mengatakan Amerika “tidak akan mentolerir” penahanan lebih lanjut Roberto Marrero, kepala staf pemimpin oposisi Venezuela, Juan Guaido.

Marrero ditangkap Kamis malam (21/3) dalam sebuah penggerebekan di rumahnya. Menteri Dalam Negeri Venezuela Nestor Reverol mengatakan dalam penangkapan itu ditemukan “sejumlah besar senjata” di rumah Marrero.

Dalam artikel opini yang diterbitkan di Miami Herald hari Jumat (22/3), Mike Pence mengingatkan bahwa Amerika tidak akan mentolerir penahanan Marrero dan intimidasi terhadap pemerintahan Guaido, yang diakui Amerika sebagai pemerintahan yang sah di Venezuela.

Pence juga mengkritisi Kuba, Rusia dan China yang mendukung pemerintahan Nicolas Maduro dan mengambil keuntungan dari hal itu.

Pence mengatakan Kuba mengizinkan militer dan badan intelijennya untuk melatih, mendukung dan melengkapi polisi rahasia Venezuela, Rusia memveto resolusi PBB untuk mengirimkan bantuan tanpa batas ke Venezuela, sementara China menolak memberikan visa kepada ekonom Ricardo Hausmann untuk mengadiri pertemuan tahunan Inter-American Development Bank yang diselenggarakannya.

Pence juga menyebut Maduro sebagai “diktator yang korup” dan mengatakan negara-negara itu (Kuba, Rusia dan China, red.) menahan Venezuela agar “tidak dapat maju menuju kebebasan.”

“Nicolas Maduro harus mundur,” tegas Pence.

Juan Guaido, Ketua Majelis Nasional Venezuela, telah menyatakan dirinya sebagai presiden sementara pasca pemilu yang disengketakan. Amerika dan sekitar 50 negara telah mengakuinya sebagai pemimpin yang sah di Venezuela. Tetapi Maduro bertekad untuk mempertahankan kekuasannya, sehingga membuat kedua tokoh ini saling memperebutkan kekuasaan.

Presiden Donald Trump mengatakan seluruh opsi terbuka untuk menyelesaikan krisis di Venezuela, tetapi tidak merinci kondisi apa yang membuatnya mempertimbangkan untuk menggunakan kekuatan militer.

Dalam perkembangan lainnya, Departemen Luar Negeri Amerika hari Jumat (22/3) menyampaikan pernyataan keprihatinan akan nasib “seluruh warga Amerika” yang ditahan di Venezuela, dan menurut sejumlah laporan mereka tidak diperkenankan diwakili oleh pengacara, sementara keluarga mereka tidak diperkenankan menemui atau membawakan makanan.

Enam warga negara Amerika yang merupakan eksekutif perusahaan minyak Citgo telah ditangkap dan dipenjarakan sejak November 2017 karena dugaan pencucian uang dan penggelapan.

Dua senator dari negara bagian Texas, dimana lima dari enam warga itu berasal, mengatakan keenamnya ditahan dalam kondisi sangat buruk. Ditambahkan, otorita Venezuela telah menolak melangsungkan pengadilan bagi mereka atau menghubungi Departemen Luar Negeri. (em)

Recommended

XS
SM
MD
LG