Utusan khusus Amerika untuk Venezuela, Elliot Abrams mengatakan, Rusia dan Amerika tidak sepakat tentang bagaimana menyelesaikan krisis di Venezuela, setelah mengadakan perundingan di Roma. Abrams tidak mengesampingkan akan adanya pertemuan lagi antara kedua pihak. Katanya pertemuan di Roma itu telah membantu kedua pihak mendapat pengertian yang lebih baik tentang pandangan masing-masing.
Menurut utusan khusus AS Elliot Abrams, pertemuan di Roma itu “berguna, substansial dan serius,” dan memungkinkan Amerika memahami bahwa “Rusia melihat krisis di Venezuela itu sangat serius, khususnya dari aspek ekonomi dan kemanusiaan.”
Setelah bertemu dengan Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Ryabkov, Abrams mengatakan, “Kami tidak sepakat, tapi kedua pihak telah mendapat pengertian yang lebih baik tentang pandangan masing-masing.”
Kedua pihak terus bersengketa tentang keabsahan pemerintahan Presiden Nicolas Maduro.
Amerika telah mengakui Juan Guaido yang menyatakan diri sebagai presiden Venezuela yang sah, tapi Rusia tetap mengakui Nicolas Maduro. Pemerintah Italia juga tidak mengakui Guaido sebagai pemimpin Venezuela. Kata Abrams, Amerika tidak memaksa Italia untuk mengakui Guaido sebagai presiden yang sah.
Pertemuan yang diadakan di Roma itu berlangsung sambil Amerika mengenakan sanksi-sanksi baru atas Venezuela, kali ini dengan menarget perusahaan tambang emas Minerven. Tapi Presiden Donald Trump mengatakan hari Selasa bahwa “semua pilihan terus dipelajari” tentang bagaimana nasib Venezuela di masa depan.
“Yang kami pikirkan hanyalah bagaimana membantu rakyat Venezuela yang kelaparan dan sekarat di jalan-jalan. Apa yang terjadi di negara itu sangat memalukan,” kata Trump.
Utusan Khusus Abrams mengatakan perundingan tentang nasib Venezuela itu tidak diadakan, “karena kami tidak mau melakukannya dengan Rusia atau dengan negara lain, karena kami percaya masa depan Venezuela harus ditentukan oleh rakyat Venezuela.”
Rusia memperingatkan Amerika supaya jangan “tergoda untuk melakukan tindakan militer di Venezuela.”
Kantor berita resmi Rusia "Tass" mengutip wakil menteri LN Ryabkov mengatakan, “Kami berharap Amerika memperhatikan prioritas, peringatan dan cara pendekatan kami dengan serius.” (ii)