Kota Surabaya menjadi tuan rumah penyelenggaraan konferensi Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) untuk permukiman dan pembangunan berkelanjutan, atau The Third Session of the Preparatory Committee for Habitat III (Prepcom 3 UN Habitat III), yang diikuti 193 negara anggota PBB.
Menurut Menteri Pekerjaan Umum Basuki Hadimoeljono, dipilihnya Surabaya sebagai tempat pertemuan internasional ini karena perkembangan pembangunan di Surabaya adalah yang terbaik di Indonesia.
“Kami menyambut hangat anda di kota bersejarah Surabaya. Saya tidak dapat mengubah tempat pertemuan yang penting ini ke tempat lain yang lebih baik di Indonesia selain Surabaya, terkait perumahan dan pembangunan perkotaan, karena pengembangan Surabaya telah menjadi cerita sukses, dan menjadi percontohan bagi kota-kota lain di Indonesia," ujarnya.
Selain Basuki, turut hadir Wakil Presiden Republik Indonesia Jusuf Kalla dalam pembukaan Prepcom 3 UN Habitat III, bersama sejumlah pejabat terkait seperti Sekretaris Jenderal Habitat III Joan Clos, Menteri Riset dan Teknologi Pendidikan Tinggi Muhammad Nasir, dan delegasi serta pejabat setingkat menteri dari 193 negara.
Jusuf Kalla berharap konferensi mengenai permukiman dan perkotaan ini dapat membantu mengatasi berbagai persoalan perkotaan seperti keterbatasan lahan pertanian, minimnya permukiman yang layak, dan hal-hal lain terkait dengan urbanisasi.
“Lahan terbatas, penduduk bertambah, pertanian membutuhkan juga lahan yang tetap untuk memberikan makanan kepada penduduk yang bertambah, maka perencanaan kotalah harus menjadi efisien. Kita tahu semua kehidupan vertikal haruslah menjadi bagian yang sangat penting, tidak mungkin lagi semua orang mendapat lahan yang besar, maka kehidupan vertikallah yang menjadi solusi di mana pun di dunia ini," ujarnya.
"Di samping itu, bagaimana kota lebih nyaman, lebih banyak tempat hijau yang sangat penting di tempat itu. Perencanaan yang baik tentulah bagian anda semua yang tentu ahli di bidang ini.”
Urbanisasi menjadi persoalan yang dialami hampir di seluruh kota dunia. Gubernur Jawa Timur Soekarwo mengatakan, perimbangan pembangunan antara desa dan kota merupakan salah satu cara memperlambat urbanisasi, meski laju urbanisasi tidak dapat dicegah.
“Urbanisasi merupakan fenomena yang dialami oleh hampir seluruh kota-kota besar di dunia. Kami menyadari hal ini, oleh karena itu menyeimbangkan pembangunan kota dan desa menajdi bagian penting dari strategi pertumbuhan yang inklusif untuk mampu mewujudkan program preventif dalam mengendalikan urbanisasi," ujarnya.
Basuki menambahkan, konferensi dan pertemuan tiga hari tersebut diharapkan dapat menghasilkan kesepakatan yang akan dibawa ke konferensi Habitat III di Quito, Ekuador.
Sekretaris Jenderal Habitat III, Joan Clos, menegaskan, komitmen seluruh delegasi untuk memberikan sumbangan pemikiran mengenai perencanaan perkotaan dan permukiman, demi suksesnya konferensi Habitat III pada Oktober mendatang.
“Saya mengajak semua dari anda untuk memberikan semua komitmen dan kontribusi untuk menyukseskan Habitat III yang diselenggarakan di Quito. Prepcom 3 akan menjadi kesempatan terakhir untuk semua negara anggota PBB, pemerintah daerah dari negara anggota PBB, dan semua pihak untuk memungkinkan interaksi dan negosiasi untuk tercapainya draf agenda perkotaan baru," ujarnya.