Dari iseng-iseng melamar sebagai dosen di Universitas Lampung, Agus Sofyan, sarjana biologi lulusan Universitas Gajah Mada ini ternyata memperoleh beasiswa melanjutkan kuliah di Universitas Kentucky, Lexington.
"Waktu itu pikiran saya dosen itu kan yang saya tahu ya kebanyakan mereka disekolahin ke luar negeri, saya pengen ke luar negeri," ujar Agus.
Selama 10 tahun, warga Betawi ini pun menyelesaikan kuliah hingga tingkat doktoral dan pasca doktoral di universitas tersebut.
"Kemudian setelah lulus, saya melamar ke sini, kemudian dipanggil pada bulan Agustus 2007 saya mulai bekerja di sini sebagai tenaga pengajar di jurusan biologi," tambah Agus.
Agus yang dipanggil Profesor Sofyan oleh para mahasiswanya menjadi dosen di Big Sandy Community and Technical College, sekolah program diploma dan politeknik di kota kecil, Paintsville, negara bagian Kentucky.
Agus menjelaskan, "Community college adalah sistem yang dikembangkan di Amerika untuk memberi kesempatan kepada siswa lokal yang ingin melanjutkan sekolah tapi biayanya masih kurang atau juga mereka tidak ingin meninggalkan tempat mereka terlalu lama. Community college biasanya memberikan gelar ada yang diploma, ada yang sertifikat, yang paling tinggi biasanya associate."
Sekolah ini juga memiliki program akademis pra kuliah atau "Early College Academy" bagi para siswa SMA kelas 11 dan 12 yang ingin mencicil kredit kuliah. Menurut agus, sekolah ini sangat membantu mereka, terutama untuk menghemat uang, karena community college biayanya jauh lebih murah dibandingkan dengan universitas biasa.
Savannah Spurlock dan Michael Hamilton adalah dua siswa yang mengambil kelas biologi yang diajar oleh Agus dan keduanya suka dengan cara Agus mengajar.
"I love his class, saya senang dengan caranya berinteraksi dengan siswa, ia professor yang bagus. Ia lantang, lucu dan penuh humor," kata Savannah. Sementara menurut Michael, Agus membuat bahan kuliah mudah dimengerti dan ia menjelaskan setiap konsep dengan mendalam, rinci dan menyenangkan.
Tak hanya para mahasiswanya, Agus sendiri mengaku amat menikmati pekerjaannya sebagai pendidik, ini terutama karena fleksibilitas waktu yang membuatnya dapat membagi waktu untuk keluarga dan menyeimbangkan dengan kehidupan sosial dan beragama.
"Setelah saya menjadi dosen beberapa lama, saya merasa ketika saya menyampaikan ilmu itu, saya bertambah banyak ilmunya dan merasa senang untuk transfer ilmu, jadi ada rasa kepuasan sendiri. Jadi sebenarnya mengajar di Indonesia atau di sini sebenarnya sama aja sih, hanya kesempatan waktu itu saya dapatkan, hingga saya laksanakan tugas tersebut mengajar di sini," ujarnya menutup wawancara dengan VOA. [dw]