Lebih dari 100 orang di Hong Kong menggelar pawai protes, Jumat siang (12/6), untuk memperingati satu tahun bentrokan dengan polisi di luar gedung parlemen kota semiotonom itu.
Pawai protes itu dilangsungkan di dalam sebuah pusat perbelanjaan mewah yang terletak di kawasan bisnis Admiralty. Para demonstran membawa poster-poster bertuliskan “Kemerdekaan Hong Kong’” sambil berteriak-teriak “Dukung kebebasan, dukung Hong Kong”. Mereka juga menyanyikan lagu protes "Glory to Hong Kong" dan menggelar spanduk besar bertuliskan “Rakyat tidak takut kematian, mengapa mengancam kami dengan kematian?”
Para demonstran memperingati aksi demonstrasi tahun lalu sewaktu puluhan ribu demonstran mengepung gedung parlemen sehingga menunda sidang pembahasan RUU ekstradisi yang akan memungkinkan tersangka kriminal dikirim ke China daratan untuk diadili. Pada waktu itu, polisi menggunakan gas air mata dan peluru karet untuk membubarkan para demonstran. Aksi demonstrasi itu berkembang dan bahkan berlangsung hingga berbulan-bulan karena warga Hong Kong menuntut demokrasi yang lebih luas.
Gerakan protes itu sebetulnya mengendur awal tahun ini sejak wabah virus corona merebak, namun menguat kembali dalam beberapa pekan terakhir setelah parlemen China setuju untuk memberlakukan UU keamanan nasional yang baru di kawasan bekas koloni Inggris itu.
Pemerintah mengatakan, UU itu ditujukan untuk mengatasi gerakan pemisahan diri, tindakan subversif, dan campur tangan asing dalam urusan dalam negeri. Para penentangnya mengatakan, UU itu merupakan serangan terhadap kebebasan yang dijanjikan ke Hong Kong sewaktu dialihkan ke China pada 1997.
Hong Kong menerapkan kebijakan “satu negara, dua sistem” yang memberi kota itu hak-hak yang tidak diperoleh di China daratan, seperti kebebasan berpendapat dan berkumpul.
Dalam sebuah demonstrasi terpisah, Jumat, lebih dari 100 pelajar di distrik Kowloon membentuk rantai manusia untuk memprotes pemecatan seorang guru musik yang mengizinkan para pelajarnya menyanyikan lagu-lagu protes. [ab/uh]