“Clothing brand sendiri itu sudah selalu di otak saya," papar Lulu Damiat, President dan Creative Director untuk Ela Lu di Los Angeles, kepada VOA belum lama ini. "Tapi waktunya belum sempat. Soalnya saya selalu ada full time job dan full time job saya itu mengasyikkan. Basically, enggak ada waktu lagi untuk mulai researching buat pakaian sendiri. Akhirnya saya mulai-mulai, it took tiga tahun untuk melahirkan Ela Lu,” lanjutnya.
Berbagai tantangan ia hadapi sampai akhirnya bisa meluncurkan Ela Lu. Namun, kecintaannya terhadap dunia fesyen terus membuatnya semangat.
“Kalau passionnya lebih besar, seluruh tantangan itu bisa dilewatkan. Soalnya, tiga tahun ini berat sekali dan banyak makan uang yah,” kata Lulu sambil tertawa. “Kalau di dunia yang fantasi kamu ada visi terus dibuat, langsung jadi. Tapi di dunia nyata, enggak seperti itu. Ada dissapointment after disappointment. Jadi passionnya harus kuat. Drivenya harus kuat,” lanjutnya.
Ide dari Ela Lu ini berawal dari teman-teman Lulu yang kerap kali datang ke rumahnya untuk meminjam pakaian sebelum mereka pergi ke pesta atau ke berbagai acara lainnya. Sebagi besar pakaian yang biasa dipinjam tidak seluruhnya baru. Kebanyakan adalah koleksi pakaian Lulu yang sudah dimilikinya selama bertahun-tahun.
“Karena saya kerja di (bidang) fesyen sudah 16 tahun, teman-teman saya datang ke rumah kalau perlu baju. Mereka coba-coba baju. Dari situ tuh kayak ‘ini kok rasanya kayak toko ya? Tapi pakai closet saya. Makanya mottonya ‘from my closet to yours,’” kenang lulusan dari University of North Texas jurusan fashion merchandising ini.
Bersama rekannya, Stella Sudjasmin yang saat ini berada di Indonesia, Lulu yang juga pernah bekerja untuk desainer Indonesia Tex Saverio ini, menghasilkan beragam karya busana dan perhiasan yang bisa dikenakan untuk berbagai acara dengan model yang ‘timeless’ alias tidak surut oleh waktu.
“Saya mau buat baju-baju yang saya simpan sudah bertahun-tahun, masih bisa dipakai dengan teman-teman saya dan bisa dipakai untuk occasion apa saja,” jelas perempuan yang juga pernah bekerja untuk rumah mode GUESS di AS ini.
Seluruh produksi pakaiaan saat ini dilakukan di Indonesia. Sedangkan untuk perhiasan langsung diproduksi di AS. Walaupun belum memiliki butik sendiri, koleksi pakaian dan perhiasan Ela Lu kini sudah bisa dibeli di beberapa butik di Los Angeles dan juga di situs Ela lu sendiri. Dengan harga produk yang berkisar antara 65 dolar hingga 195 dolar AS, Lulu mengatakan Ela Lu memang memiliki target pasar tersendiri. Apa yang ditawarkan oleh Ela Lu sesuai dengan harganya.
“Kalau kita bahas untuk timeless pieces, saya makanya balik lagi ke materialnya yang terbaik. Kualitasnya yang terbaik. Obrasannya enggak kelihatan. Desainnnya, timeless piecesnya, itu semua value dari Ela Lu yang saya offer ke customer,” kata Lulu.
Untuk ke depannya Lulu berencana untuk melebarkan sayap Ela Lu ke Indonesia.
“Untuk sekarang kita akan membuat private parties di Jakarta dan mengundang teman-teman. Kita tentukan enggak terlalu banyak orang, tapi siapa pun yang mau lihat barang Ela Lu boleh datang. Kenapa kita enggak buat besar-besar, soalnya kita mau supaya lebih nyaman,” ujar Lulu.
Tidak lupa Lulu juga berencana untuk memasukkan unsur Indonesia, khususnya batik, ke dalam koleksi pakaian Ela Lu selanjutnya.