Mantan Duta Besar Indonesia untuk Amerika Serikat, Dino Patti Djalal, pada Kamis (19/1) membacakan surat terbukanya untuk Presiden terpilih Donald Trump. Surat terbuka itu dibacakan Dino usai acara diskusi bertema Islam, Pemuda, dan Radikalisasi yang berlangsung di gedung Erasmus Huis, Jakarta.
Dalam suratnya, Dino berharap pemerintahan Trump nanti mampu membina hubungan baik dengan negara-negara Islam.
"Tanamkanlah dalam hati Anda bahwa kualitas hubungan antara dunia Islam dan Barat menjadi salah satu kunci perdamaian dunia. Kalau hubungan itu buruk, kita semua menderita. Bila relasi berjalan baik, kita semua sejahtera. Karena itu, kami mengharapkan Anda memandang Islam dengan penilaian tepat dan bijaksana," ujar Dino.
Masyarakat muslim internasional khawatir pemerintahan Trump nantinya berlaku diskriminatif terhadap negara maupun warga Islam.
Dino Patti Djalal yang merupakan pendiri Foreign Policy Community of Indonesia, juga mendesak Trump berupaya keras mewujudkan negara Palestina merdeka dan berdaulat sebagai wujud solusi dua negara yang selama ini didorong Amerika.
Solusi dua negara ini merupakan proposal Arab Saudi yang disampaikan dalam Konferensi Tingkat Tinggi Liga Arab di Beirut, Lebanon, pada 2002. Berdasarkan inisiatif itu, Riyadh menyatakan seluruh negara Arab bakal mengakui kedaulatan Israel dan membina hubungan diplomatik dengan Israel dengan syarat Israel mengakui batas wilayah Palestina sebelum Perang Enam Hari 1967 dan menjadikan Yerusalem sebagai ibukota Palestina .
Dalam kesempatan itu, mantan juru bicara pada masa jabatan pertama Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ini meminta pemerintahan Trump mendatang memperkuat komitmen pada kawasan Asia Tenggara, dengan ikut serta dalam KTT Asia Timur di Filipina dan pertemuan para pemimpin ekonomi APEC di Vietnam - keduanya direncanakan berlangsung tahun 2017 ini.
Dino juga menyebut soal ketegangan hubungan Amerika dengan China, dan dampaknya pada dunia khususnya Indonesia.
"Hubungan Amerika dengan Tiongkok juga harus kita perhatikan karena sekarang ini nadanya kedengaran konfrontasional. Sementara politik di kawasan akan sulit kalau Amerika dan Tiongkok itu hubungannya jatuh. Itu nggak baik bagi diplomasi, perdamaian, dan ekonomi kawasan," imbuhnya.
Sebelumnya Dien Syamsuddin, Ketua Center for Dialogue and Cooperation Among Civilizations (CDCC) menilai kepemimpinan Donald Trump akan lebih parah dibanding masa Presiden George W. Bush. Menurutnya isyarat itu tampak sejak masa kampanye dimana Donald Trump senantiasa menyampaikan pernyataan-pernyataan negatif tentang banyak hal.
Dien – yang juga Presiden World Conference of Religions for Peace (WCRP) - berharap setelah dilantik menjadi presiden, Trump tidak akan mewujudkan pernyataan-pernyataan rasialnya semasa berkampanye.
"Setelah saya menjabat salah satu presiden dari World Conference of Religions for Peace (WCRP) berpusat di New York, mungkin akan kita diskusikan bagaimana tampilnya Amerika yang sekarang masih sebagai adidaya, jangan menimbulkan masalah besar bagi dunia, bagi peradaban dunia sebenarnya sudah rusak," papar Dien.
Dino Patti Djalal juga meminta pemerintah Indonesia tidak sungkan bersuara lantang terhadap rezim Trump nantinya terutama jika terkait prinsip kebhinekaan, pluralisme, dan toleransi. [fw/em]