Tidak seperti di Indonesia, di Amerika, pemerintah daerah menentukan hari libur sekolah di wilayahnya. Tuntutan warga Muslim kota New York ditujukan pada pemerintah kota New York, tempat bermukim sekitar 600.000 warga Muslim.
Hingga kini, Natal adalah satu-satunya hari libur keagamaan yang diakui sebagai hari libur resmi nasional di Amerika Serikat. Murid yang beragama Muslim terpaksa bolos saat Idul Fitri dan mengaku kewalahan saat masuk sekolah keesokan harinya karena ketinggalan pelajaran.
Beberapa kota lain di Amerika seperti Dearborn, di negara bagian Michigan dan empat kota di negara bagian New Jersey telah meloloskan undang-undang menjadikan Idul Fitri dan Idul Adha sebagai hari libur sekolah. Anggota dewan kota New York yang beragama Islam, Robert Jackson, yakin perundangan ini bisa lolos di kota New York.
Permohonan ini sudah diproses namun belum mendapat persetujuan Walikota New York Michael Bloomberg. Menurut Bloomberg, populasi Muslim kota New York tidak cukup untuk meloloskan kebijakan baru ini. Namun, banyak warga dan pejabat kota yang optimis kalau kebijakan untuk menjadikan hari Idul Fitri dan Idul Adha sebagai hari libur sekolah akan terwujud.
Selain mendapat dukungan dari pejabat kota, perjuangan warga Muslim di kota New York ini juga didukung oleh tokoh-tokoh agama Kristen dan Yahudi. Sekitar 12 persen dari delapan juta warga kota New York, atau sekitar 960.000, beragama Yahudi. Di kota New York, siswa-siswi beragama Yahudi mendapat libur pada hari besar mereka.