Omar Aboubakar, seperti banyak Muslim lain di Tanzania, ingin berhaji ke kota suci Makkah. Ibadah haji adalah bagian yang tak terpisahkan dari agama Islam, tapi untuk saat ini hanya mereka yang sudah divaksinasi COVID-19 yang dapat melakukannya.
Aboubakar khawatir karena program vaksinasi di Tanzania belum disetujui.
“Waktu yang tersisa sangat terbatas, namun kami masih belum menyerah. Kami berharap para pemimpin negeri memeriksa masalah vaksinasi dengan hati-hati agar kami dapat menjalankan ibadah suci ini. Tahun lalu kami batal berangkat karena bencana (COVID-19) ini dan jika ini berlanjut sampai tahun depan, (kesempatan) kami beribadah sudah berakhir. Bagi kami, ini adalah pilar utama agama kami," katanya.
Hingga awal tahun ini, pemerintah Tanzania menolak vaksin COVID-19. Presiden yang saat itu menjabat, John Magufuli, malah mempromosikan pengobatan yang salah untuk penyakit tersebut.
Tak lama setelah Magufuli wafat pada bulan Maret, penggantinya, Samia Hassan, membentuk Satuan Tugas COVID-19 untuk menjadi penasihat pemerintahannya dalam menangani pandemi.
Dalam laporan dua pekan lalu, satgas itu mengumumkan bahwa vaksin terbukti efektif dan merekomendasikan warga yang akan bepergian ke luar negeri untuk divaksinasi terlebih dahulu.
“Komite kami menyarankan pemerintah, dengan memanfaatkan institusi-institusi di bawahnya, untuk melanjutkan dan mengizinkan vaksinasi gratis, menggunakan merek-merek vaksin yang masuk daftar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), karena vaksin itu efektif dan aman, serta sudah terbukti secara ilmiah," kata Kepala Satgas COVID-19 Tanzania, Said Aboud.
Pekan lalu, Presiden Hassan mengatakan pemerintahannya tengah memeriksa kemungkinan untuk memesan vaksin COVID-19 yang tersedia di negara-negara lain bagi warga Tanzania.
Akan tetapi, menilik pada ketiadaan kampanye vaksinasi sejauh ini, para pemimpin Muslim menilai kesempatan warga Tanzania untuk berhaji sangat rendah.
“Saya tidak bilang bahwa kita tidak bisa berhaji, tapi persentase untuk bisa berangkat haji tahun ini sangatlah rendah. Sisanya, terpulang pada kehendak Allah, karena bahkan kalau kita divaksinasi pun seperti yang sedang diusahakan para pemimpin kita – tetap saja, waktunya sangat terbatas," papar Haidari Kambwili dari Dewan Muslim Nasional Tanzania.
Sementara itu, COVID-19 tidak lantas membuat Muslim Tanzania seperti Aboubakar berhenti ke masjid.
Namun untuk saat ini, rencananya berhaji ke Makkah bersama jemaah lain masih penuh ketidakpastian. [rd/ka]