Hanya beberapa hari yang lalu, Severine Vilbert berjalan-jalan di sekitar Notre Dame dengan putri sulungnya pada hari yang dingin namun cerah. Bunga-bunga bermekaran dan katedral berkilau cahaya.
"Kami memandang Notre Dame dan mengatakan monumen yang begitu indah, betapa bangganya menjadi orang Paris dan tinggal di kota yang indah ini,” kenang Vilbert yang bercucuran air mata. "Kemudian seperti mimpi buruk bagi kami."
Pada Selasa (16/4), Vilbert menelusuri langkahnya kembali di Paris yang sudah berubah. Tetes hujan jatuh dari langit yang kelabu, ketika ia bergabung bersama ribuan warga Paris dan wisatawan yang mengunjungi bangunan terkenang yang masih berasap namun masih berdiri.
Api yang menjilat katedral berumur lebih dari 850 tahun menghancurkan sebagian besar atap. Puncaknya pada ketinggian 90 meter runtuh di tengah kobaran api, menyebabkan pengunjung yang sedang berswafoto terperangah.
Para penyelidik sedang menyelidiki sebab-sebab kebakaran yang untuk sementara tampaknya dianggap sebagai kecelakaan
"Saya umat Kristen. Saya seorang Katolik. Saya kira kejadian ini sangat mengerikan," kata George Castro, seorang warga Perancis- Kolombia, mengenai kobaran api yang terjadi hanya seminggu sebelum Paskah.
"Ini benar-benar menyedihkan."
Tapi yang menakjubkan, tidak ada korban tewas dan benda-benda berharga berhasil diselamatkan, bersama jendela mawar Notre Dame yang menakjubkan. Laporan mengutip para pakar yang mengamati bangunan itu mengatakan secara struktural baik.
Kebakaran itu merupakan serangan terbaru di salah satu kota paling indah di dunia. Selama beberapa tahun terakhir, Paris telah mengalami dua serangan teroris besar yang terjadi pada 2015. Dan yang terbaru krisis rompi kuning yang merusak beberapa monumen paling bergengsi dan sangat memecah warga Perancis.
Beberapa warga Paris, seperti Nicolas Chouin, yakin kebakaran itu bisa membantu merekonsiliasi Perancis yang terpecah.
"Sesuatu yang di luar jangkauan kita, di luar masalah kita sehari-hari," katanya sambil memandang kerangka atap katedral. "Namun, tentu saja tidak menyelesaikan semua masalah politik." [my]