Seorang laki-laki dan anak laki-laki yang ada dalam video propaganda ISIS yang menunjukkan pembunuhan seorang warga Palestina, telah diidentifikasi sebagai warga negara Perancis. Seorang pejabat mengatakan kepada kantor berita Associated Press, tim penyelidik Perancis kini mencari tahu apakah laki-laki itu terkait dengan seorang ekstremis yang menyerang sekolah Yahudi di Perancis Selatan tahun 2012.
Pejabat yang memiliki hubungan dekat dengan badan-badan inteljen tetapi tidak berwenang memberi keterangan tentang penyelidikan itu juga mengatakan, seorang pejuang lain Perancis yang kematiannya diumumkan oleh ISIS pekan ini adalah seorang remaja.
Laki-laki dalam video yang dirilis hari Selasa (10/3) itu berbicara dengan logat Perancis Selatan dan tim penyelidik sedang menyelidiki apakah ia merupakan adik tiri Mohammed Merah yang membunuh tujuh orang dalam serangan terhadap sebuah sekolah Yahudi dan pasukan payung di Perancis bagian selatan pada 11 Maret 2012 lalu.
Dalam foto-foto pemakaman Merah, yang tewas dalam baku tembak dengan polisi, adik tirinya diidentifikasi sebagai Sabri Essid. Ayah Essid menikah dengan ibu Merah. Dalam video ISIS itu, Essid sangat mirip dengan Merah, terutama bentuk kedua matanya.
Dalam video ISIS tersebut laki-laki itu memuji serangan terhadap Yahudi “di kubu kalian sendiri di Perancis”, sementara ia dan seorang anak laki-laki berdiri di belakang laki-laki yang hendak dibunuh itu.
Sejak pembunuhan tahun 2012 di Toulouse itu, warga Yahudi sudah dua kali menjadi sasaran ekstremis Perancis. Empat warga Yahudi tewas di sebuah supermarket Kosher ketika terjadi aksi teror selama tiga hari di Paris awal tahun ini, yang menewaskan 20 orang – termasuk tiga pelaku bersenjata dan seorang bekas pejuang Perancis bagi ISIS yang juga didakwa dalam serangan berdarah terhadap sebuah museum Yahudi di Brussels.
Tetapi remaja laki-laki yang tampak dalam video ISIS itu dan pengumuman kematiannya awal pekan ini tampaknya merupakan bukti baru keberadaan anak-anak warga negara asing di ISIS.
Ayah warga Palestina yang dibunuh itu mengatakan putranya bukan agen mata-mata Israel, tetapi dibujuk bergabung dengan militan ISIS itu dan kemudian menyesali perbuatannya. Said Musalam mengatakan ISIS membujuk Muhammad yang berusia 19 tahun dengan perempuan, uang, dan mobil.