Tiga orang warga mendorong sebuah alat sederhana menyusuri lorong atau gang-gang sempit di Sudiroprajan Solo. Alat berwarna merah bertuliskan “Pawang Geni”atau pawang api tersebut beralaskan rangka besi dan beroda. Sebuah drum kaleng setinggi satu seperempat meter berisi penuh air, kemudian gulungan selang air, dan pompa yang berada di kanan dan kiri tampak hasil modifikasi.
Meski terlihat sederhana, alat tersebut bisa dipompa dua orang secara bergantian dan air yang keluar melalui selang tersebut menyembur mirip yang dilakukan mobil pemadam kebakaran.
Pembuat Pawang Geni, Sri Utomo, mengatakan alat pemadam kebakaran kreasi warga ini dibuat karena kebutuhan dan pengalaman warga di pemukiman padat penduduk di kawasan ini yang berkali-kali menjadi korban kebakaran.
“Ide awalnya memang kawasan ini sering terjadi kebakaran sedangkan jalan di sini sempit. Kita memang tidak mengandalkan memakai tenaga mesin karena membutuhkan biaya perawatan yang besar. Kita pakai pompa modifikasi secara manual, tenaga manusia. Hasilnya tak kalah dengan mobil pemadam kebakaran. Ini tidak butuh perawatan,” ujar Utomo.
“Kita kan tidak tahu kaan kebakaran akan terjadi, kalau pakai mesin kan kadang mogok, mubazir. Ini kita desain sesederhana mungkin tapi efektif, bisa didorong cepat menyusuri gang-gang sempit. Nanti kita akan menempatkan tangki-tangki air di setiap RT di pemukiman ini. Biar nanti tinggal tarik selang saja, lebih mudah.”
Pawang Geni ini baru dibuat tiga buah dan disimpan di kawasan padat penduduk di Solo. Walikota Solo, Joko Widodo, mengungkapkan mobil pemadam kebakaran seringkali kesulitan menembus lokasi kebakaran yang berada di kawasan pemukiman padat penduduk dan mengakibatkan kebakaran semakin meluas.
“Memang setiap kota punya mobil pemadam kebakaran. Tetapi untuk gang-gang sempit di kawasan padat penduduk,lebarnya hanya satu meter, dua meter, mobil itu kan tidak bisa masuk. Sehingga diperlukan sarana-prasarana yang lain yaitu 'pawang geni' ini agar bisa menjangkau lokasi itu. Dalam kebakaran itu jangan hanya digantungkan kepada mobil pemadam kebakaran saja.tapi juga perlu pemberdayaan masyarakat,” ujar Jokowi.
Meski terlihat sederhana, alat tersebut bisa dipompa dua orang secara bergantian dan air yang keluar melalui selang tersebut menyembur mirip yang dilakukan mobil pemadam kebakaran.
Pembuat Pawang Geni, Sri Utomo, mengatakan alat pemadam kebakaran kreasi warga ini dibuat karena kebutuhan dan pengalaman warga di pemukiman padat penduduk di kawasan ini yang berkali-kali menjadi korban kebakaran.
“Ide awalnya memang kawasan ini sering terjadi kebakaran sedangkan jalan di sini sempit. Kita memang tidak mengandalkan memakai tenaga mesin karena membutuhkan biaya perawatan yang besar. Kita pakai pompa modifikasi secara manual, tenaga manusia. Hasilnya tak kalah dengan mobil pemadam kebakaran. Ini tidak butuh perawatan,” ujar Utomo.
“Kita kan tidak tahu kaan kebakaran akan terjadi, kalau pakai mesin kan kadang mogok, mubazir. Ini kita desain sesederhana mungkin tapi efektif, bisa didorong cepat menyusuri gang-gang sempit. Nanti kita akan menempatkan tangki-tangki air di setiap RT di pemukiman ini. Biar nanti tinggal tarik selang saja, lebih mudah.”
Pawang Geni ini baru dibuat tiga buah dan disimpan di kawasan padat penduduk di Solo. Walikota Solo, Joko Widodo, mengungkapkan mobil pemadam kebakaran seringkali kesulitan menembus lokasi kebakaran yang berada di kawasan pemukiman padat penduduk dan mengakibatkan kebakaran semakin meluas.
“Memang setiap kota punya mobil pemadam kebakaran. Tetapi untuk gang-gang sempit di kawasan padat penduduk,lebarnya hanya satu meter, dua meter, mobil itu kan tidak bisa masuk. Sehingga diperlukan sarana-prasarana yang lain yaitu 'pawang geni' ini agar bisa menjangkau lokasi itu. Dalam kebakaran itu jangan hanya digantungkan kepada mobil pemadam kebakaran saja.tapi juga perlu pemberdayaan masyarakat,” ujar Jokowi.