Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern, Senin (8/3), menolak untuk terlibat dalam debat seputar wawancara Pangeran Harry dan Meghan dengan Oprah Winfrey.
“Saya hanya tidak melihat tempat saya sebagai wakil Selandia Baru dalam diskusi di antara mereka yang menjadi anggota keluarga ini. Masalah pengaturan konstitusional Selandia Baru, itu baru signifikan, itu menjadi sebuah perdebatan bagi seluruh negara ini ketika sudah siap,” kata Ardern.
Namun mantan Perdana Menteri Australia Malcolm Turnbull mengatakan, wawancara itu mendukung alasannya agar Australia memutus hubungan konstitusional dengan kerajaan Inggris.
Wawancara TV yang dilakukan Harry dan Meghan telah memecah pendapat warga di berbagai penjuru dunia, mengguncang institusi yang berjuang keras untuk melakukan modernisasi dengan klaim rasisme dan ketidakpedulian terhadap seorang perempuan yang berpikir untuk bunuh diri.
Selama wawancara dua jam dengan Oprah, Harry juga mengungkapkan berbagai masalah yang telah memutus hubungan dengan ayahnya, Pangeran Charles, dan kakaknya, Pangeran William. Ini menyoroti betapa dalamnya perpecahan keluarga sampai-sampai pasangan itu mundur dari tugas-tugas kerajaan dan pindah ke California tahun lalu.
Turnbull bertemu dengan Pangeran Harry dan Meghan pada bulan April 2018, empat bulan sebelum ia digantikan oleh Perdana Menteri Scott Morrison yang berkuasa saat ini karena perebutan kekuasaan internal di dalam pemerintah konservatif.
“Ini jelas keluarga yang tidak bahagia, atau setidaknya Meghan dan Harry tidak merasa bahagia. Ini sangat menyedihkan,” kata Turnbull kepada lembaga penyiaran publik Australian Broadcasting Corp.
“Setelah Ratu Elizabeth II turun tahta, itulah waktunya bagi kita untuk mengatakan ‘OK, kita telah melewati periode itu’,” katanya.
Ratu Inggris merupakan kepala negara Australia dan Selandia Baru.
Turnbull adalah seorang pendukung terkemuka agar Australia memilih warga negaranya sebagai kepala negara ketika ia menjabat sebagai ketua Gerakan Republik Australia pada tahun 1993 hingga 2000. [lj/uh]