Rusia telah melarang impor pangan senilai 17 miliar dollar lebih dari Eropa dan Amerika hingga setahun mendatang, tetapi para analis mengatakan langkah itu bisa merugikan konsumen Rusia sekaligus petani di dunia Barat.
Rusia memberlakukan larangan itu hari Kamis (7/8) sebagai pembalasan atas berbagai sanksi ekonomi yang dijatuhkan Uni Eropa dan Amerika karena intervensi dan dukungan Rusia bagi separatis pro-Rusia di Ukraina timur. Larangan impor itu juga mencakup Australia, Kanada dan Norwegia.
Perdana Menteri Rusia Dmitry Medvedev mengatakan larangan itu akan membuka kesempatan bagi para petani Rusia – yang kesulitan bersaing dengan produk Barat – untuk meningkatkan produksi dan pangsa di pasar dalam negeri.
Tetapi para analis skeptis petani Rusia memiliki cukup dana untuk menambah produksi, terutama karena pihak Barat telah membatasi transaksi kredit antara perbankan Rusia dengan perbankan di Uni Eropa dan Amerika.
Sebaliknya, kelangkaan produk impor dari Eropa dan Amerika bisa membuat toko-toko Rusia kekurangan cadangan. Rusia bisa mengimbangi hal itu dengan mengimpor dari negara-negara lain – seperti daging dari Brazil dan keju dari Selandia Baru.
Rusia mengimpor 35 persen kebutuhan pangannya. Tahun lalu, Rusia mengimpor pangan sebesar 43 miliar dollar – 16 miliar dollar dari Uni Eropa dan lebih dari satu miliar dollar dari Amerika.
Medvedev mengatakan larangan setahun itu bisa dipersingkat jika pihak Barat menunjukkan “pendekatan yang konstruktif” dalam mengambil langkah terhadap Rusia.
PM Medvedev juga mengatakan Rusia mempertimbangkan larangan bagi maskapai-maskapai komersil Eropa dan Amerika untuk terbang melintasi zona udara Rusia menuju Asia.
Analis mengatakan larangan terhadap rute-rute udara lintas Siberia itu bisa menambah biaya 30.000 dollar per penerbangan dari Eropa ke Asia.