Beberapa analis mengatakan tindakan internasional terhadap ekstremis ISIS di Libya dibutuhkan segera untuk mencegah meluasnya kelompok itu lebih jauh, apapun status perundingan perdamaian tentang pemerintah bersatu di sana.
“Menekan berbagai entitas politik di sana tidak menghasilkan hal positif apapun”, ujar Kamel Wazne – Direktur Pusat Penelitian Strategis Amerika di Beirut. “Dan saya kira setidaknya kita harus mulai memperlemah organisasi-organisasi teroris ini."
Kamel Wazne mengatakan kegagalan komunitas global melawan ISIS di Libya telah membantu kelompok itu memperluas jangkauan di luar benteng utamanya, termasuk di Suriah dan Irak.
Penutupan perbatasan Tunisia dengan LIbya setelah pertempuran di kota perbatasan yang menewaskan 55 orang, telah menambah tekanan terhadap dua pemerintah yang saling bersaing di Libya, tambah Wazne.
Libya berada dalam kekacauan sejak tergulingnya Moammar Gaddafi lima tahun lalu. Selain adanya dua pemerintahan yang saling bersaing, beberapa kelompok militan dan ekstremis seperti ISIS juga beroperasi di negara itu.
Beberapa diplomat mengatakan faksi-faksi di Libya harus bersatu untuk melawan militan ISIS, tetapi sejumlah perundingan perdamaian gagal mencapai solusi.
Kelompok militan tampaknya bertambah kuat dan menyerang kota perbatasan Ben Guerdane di Tunisia. Sekitar 50 orang bersenjata berftempur melawan pasukan Tunisia, sebelum kota itu berhasil diamankan hari Senin (7/3), membuat sejumlah warga sipil, personil keamanan dan penyerang tewas dan luka-luka.
Belum ada kelompok yang mengaku bertanggungjawab, tetapi serangan itu serupa dengan serangan militan ISIS sebelumnya untuk memperluas kendali mereka. [em/ii]