Biksu Perempuan Perjuangkan Kesetaraan di Thailand

  • Associated Press

Bhikkhun Dhammananda dan seorang biksu perempuan Thailand dipotong rambut mereka selama upacara penahbisan biksu pemula Buddhis massal di biara Songdhammakalyani, Nakhon Pathom, Thailand, 5 Desember 2018. (Foto: Reuters)

Kehadiran biksu laki-laki merupakan hal yang biasa. Tetapi bagaimana dengan kehadiran biksu perempuan, yang bahkan mendorong kesetaraan di lingkungan yang sangat patriarki.

Yang Mulia Dhammananda adalah salah seorang dari banyak biksu perempuan Budha – atau dikenal sebagai biksuni – yang telah menentang tradisi patriarki yang telah sejak lama ada dalam keyakinannya. Associated Press melaporkan pada tahun 2003 ia menjadi biksu perempuan pertama di Thailand yang sepenuhnya ditahbiskan. Ketika itu banyak yang menentang pentahbisannya.

“Setelah pentahbisan saya di Sri Lanka, reaksi ketika saya kembali ke Thailand adalah “oh itu sesuatu yang aneh.” Sebagian orang tidak mengira bahwa perempuan dapat ditahbiskan menjadi biksu dan mereka merasa dengan tidak mentahbiskan perempuan menjadi biksu maka mereka melindungi agama Budha," katanya.

"Mereka benar-benar mengkritisi tindakan saya. Namun ada kelompok lain yang sangat senang karena akhirnya mereka dapat melihat seorang perempuan ditahbiskan menjadi biksu," tambah sang biksu.

Upacara penahbisan biksu pemula Buddhis massal di biara Songdhammakalyani, Provinsi Nakhon Pathom, Thailand, 5 Desember 2018. (Foto: Reuters)

Sebagai negara mayoritas Budha, kehadiran biksu bukan hal asing, tetapi hampir 99% biksu adalah laki-laki. Bahkan sejak tahun 1928 perempuan dilarang ditahbiskan sebagai biksu perempuan atau biksuni karena menurut aturan biara tradisional, biksuni hanya boleh ditahbiskan oleh biksu laki-laki atau biksu perempuan “dari garis keturunan yang tidak terputus” yaitu dari negara-negara di mana Budha berasal.

Oleh karena itu biksuni hanya dapat ditahbiskan di Sri Lanka karena para biksunya didatangkan dari Myanmar. Dalam wawancara dengan South China Morning Post tahun 2019, Dhammananda mempertanyakan “jika biksu laki-laki dapat dihidupkan kembali dengan mendatangkan garis keturunan dari negara lain, mengapa biksu perempuan tidak. Inilah yang saya lakukan di Thailand,” tegasnya.

Selama bertahun-tahun tindakan dan kepemimpinan Dhammananda sebagai kepala biara di Biara Songdham-makalyani di Nakhon Pathom, Thailand, telah membawa perubahan besar dalam agama yang selama puluhan tahun dipimpin laki-laki.

Biksu wanita Thailand dan biksu wanita Buddha atau Bhikkhuni melipat jubah safron mereka selama sesi latihan menjelang penahbisan mereka menjadi biksu pemula di biara Songdhammakalyani, provinsi Nakhon Pathom, Thailand, 4 Desember 2018. (Foto: Reuters)

“Kini di Thailand ada lebih dari 285 perempuan yang telah ditahbiskan menjadi biksuni atau biksu perempuan. Jadi setidaknya kami telah memenuhi misi Budha untuk mendirikan empat golongan komunitas Budha di sini," katanya.

Tujuan mereka adalah untuk mengikuti jalan Budha, yang katanya mengijinkan perempuan untuk ditahbiskan.

“Jadi kami hanya mengisi celah yang tidak ada dalam negara kami. Kami menyampaikan solusi tentang empat komunitas yang menurut kai merupakan tanggungjawab yang diberikan Budha pada kami," ujar Dhammananda.

Ketika perempuan diberi kesempatan untuk mengembangkan spiritualitas mereka dan untuk ditahbiskan, Dhammananda yakin mereka membuat perubahan nyata.

BACA JUGA: Dua Biksu Thailand Manfaatkan Media Sosial untuk Sampaikan Ajaran Buddha

“Sepanjang hidup kita, seluruh kehidupan kita tergantung pada ibu khan? Jadi kita tidak dapat menyangkal fakta bahwa suka atau tidak, selalu ada perempuan yang merawat kita. Jika kita memberi kesempatan pada perempuan untuk berkembang secara spiritual, juga tentunya untuk memiliki tanggungjawab penuh, mereka akan berkembang," kata Dhammananda.

"Mereka memiliki potensi, tetapi potensi itu tidak diperkenankan untuk berkembang. Padahal jika kita biarkan potensi dalam diri setiap perempuan berkembang, hal ini akan berkembang, dan saya yakin masyarakat di seluruh dunia akan menjadi masyarakat yang jauh lebih bahagia dibanding sekarang ini," tambahnya. [em/jm]