Dalam surat perintah penangkapan Vladimir Putin, Mahkamah Pidana Internasional (International Criminal Court/ICC) menuduh presiden Rusia itu melakukan kejahatan perang dengan mendeportasi orang-orang secara tidak sah, khususnya anak-anak.
Putin disebut mengangkut anak-anak itu secara tidak sah dari wilayah pendudukan di Ukraina ke wilayah Federasi Rusia.
ICC menerbitkan surat perintah penangkapan terpisah atas tuduhan yang sama terhadap Maria Alekseyevna Lvova-Belova, komisioner hak asasi anak Rusia.
Moskow menolak keputusan ICC pada Jumat (17/3). Juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov menyebut tuduhan itu “keterlaluan.” Rusia, yang membantah telah menarget warga sipil sejak invasinya ke Ukraina pada Februari 2022, telah berulang kali menyangkal bahwa pasukannya melakukan kekejaman dan menolak tuduhan-tuduhan sebelumnya yang menyebut Rusia secara tidak sah mengangkut warga Ukraina.
BACA JUGA: Akankah Vladimir Putin Benar-benar Ditangkap?Daria Hersymchuk, komisioner penasihat Presiden Ukriana bidang Hak-hak dan Rehabilitasi Anak, menjelaskan lima cara yang dilakukan Rusia untuk mengangkut anak-anak Ukraina secara tidak sah dalam wawancara dengan Reuters pada Jumat (17/3) lalu. Di antaranya:
- Menawarkan keluarga yang tinggal di wilayah pendudukan untuk membawa anak-anak mereka berlibur di kamp anak Rusia, tapi tidak mengembalikan anak-anak itu sesuai waktu yang disepakati;
- Mengambil anak-anak Ukraina dari lembaga pengasuhan di wilayah pendudukan;
- Memisahkan anak-anak dari orang tua mereka di pos saringan pemeriksaan – tempat di mana warga Ukraina dari wilayah yang diduduki Rusia diperiksa dan diproses sebelum diizinkan memasuki wilayah Rusia;
- Merebut hak orang tua melalui undang-undang yang ditegakkan di wilayah pendudukan;
- Mengambil anak-anak yang tinggal bersama orang dewasa lain setelah orang tua mereka tewas dalam perang.
Jaksa Agung Ukraina Andriy Kostin mengatakan pada 17 Maret lalu bahwa para jaksa penuntut sedang menyelidiki kasus-kasus deportasi lebih dari 16.000 anak dari wilayah pendudukan Rusia di Donetsk, Luhansk, Kharkiv dan Kherson. “Namun, sebenarnya bisa jauh lebih tinggi,” kata Kostin di laman Facebooknya.
Sejauh ini Ukraina baru berhasil mengembalikan 308 anak, kata pejabat setempat.
Iryna Vereshchuk, menteri reintegrasi wilayah yang diduduki sementara, menerbitkan permohonan publik kepada pejabat Rusia pada Sabtu (18/3) untuk meminta daftar seluruh anak yatim Ukraina yang orang tuanya kehilangan hak mereka sebagai orang tua, yang saat ini tinggal di wilayah pendudukan Ukraina atau secara tidak sah diangkut ke Rusia.
BACA JUGA: Cek Fakta: Putin Samarkan Praktik Deportasi Paksa Anak-anak Ukraina sebagai Program KemanusiaanSebuah laporan yang diterbitkan Februari lalu oleh Laboratorium Penelitian Kemanusiaan di Yale School of Public Health sebagai bagian dari Observatorium Konflik mengatakan bahwa Rusia telah menahan sedikitnya 6.000 anak Ukraina – kemungkinan masih banyak lagi – di wilayah Krimea yang diduduki Rusia dan wilayah Rusia, yang tujuan utamanya adalah untuk menanamkan pendidikan politik yang berbeda.
Laporan itu menyebut bahwa para peneliti Universitas Yale telah mendata sedikitnya 43 kamp dan fasilitas lain yang digunakan untuk menyekap anak-anak tersebut, sebagai bagian dari “jaringan sistematis berskala besar” yang dioperasikan Moskow. [rd/jm]