Produsen produk olahraga Adidas di Jerman membuka layanan hotline lewat SMS untuk para pekerja di Asia menyampaikan keluhan mengenai tempat kerja.
BERLIN —
Produsen produk olahraga Jerman Adidas mengatakan Senin (6/5), perusahaan tersebut mendorong para pekerja di pabrik-pabrik dari beberapa pemasok di Asia untuk mengirim keluhan mengenai tempat kerja langsung secara anonim pada perusahaan lewat pesan telepon singkat (SMS).
Layanan hotline baru ini akan membantu menjembatani kesenjangan komunikasi antara pihak manajemen dan pekerja, memungkinkan para pegawai untuk “tinggal mengirim SMS ketika mereka merasa hak mereka dilanggar,” ujar Adidas AG.
Upaya Adidas untuk memperbaiki kontrol terhadap kondisi buruh bertepatan dengan debat yang diperbarui mengenai kondisi kerja pada para pemasok perusahaan-perusahaan Barat, menyusul insiden mematikan di industri garmen Bangladesh, di mana sebuah gedung bertingkat berisikan pabrik-pabrik garmen roboh bulan lalu dan menewaskan sedikitnya 645 orang.
Adidas, yang juga memiliki merek Reebok, mengatakan inisiatif SMS-nya berhasil diujicobakan sejak tahun lalu di sebuah pabrik pemasok di Indonesia, dan sekarang akan diberlakukan di empat pabrik lain di Indonesia serta satu pabrik di Vietnam.
Lewat program tersebut, para pekerja di sebuah pabrik dapat mengirim pesan pendek kepada manajemen perusahaan mereka yang juga akan dilihat dan diawasi secara langsung oleh Adidas.
“Masalah-masalah dapat dideteksi secara dini dan diatasi sebelum menjadi masalah yang lebih besar karena komunikasi langsung, personal dan sederhana,” ujar Adidas, dengan menambahkan bahwa “mayoritas besar” pekerja mereka di Indonesia dan Vietnam menggunakan telepon seluler.
Dalam uji coba, para pekerja sebagian besar telah menggunakan saluran SMS untuk mengekspresikan kegundahan mereka mengenai isu-isu seperti lingkungan tempat kerja, asuransi kesehatan dan kantin, serta kekerasan dan pelecehan, ujar perusahaan tersebut.
Seorang juru bicara Adidas, Lars Mangels, mengatakan informasi cepat mengenai jumlah total keluhan lewat SMS yang dikirim para pekerjanya tidak tersedia saat ini. Selain itu, juga tidak jelas berapa jumlah pekerja di pabrik-pabrik tempat program akan dilaksanakan.
Para produsen di negara-negara barat seringkali bergantung pada para pemasok di Asia karena upah buruh yang lebih rendah. Namun di bawah tekanan warga di negara mereka, banyak perusahaan mencari cara baru untuk memberlakukan kondisi bekerja yang pantas di seluruh rantai suplai mereka.
Beberapa telah membentuk hotline-hotline anonim untuk keluhan para pekerja, namun Adidas mengatakan layanan SMS selangkah lebih maju karena mengurangi halangan untuk mengajukan keluhan.
“Kami selalu bekerja untuk meningkatkan kondisi para pekerja di pabrik-pabrik para pemasok kami,” ujar anggota dewan direksi Adidas Glenn Bennett. (AP/Juergen Baetz)
Layanan hotline baru ini akan membantu menjembatani kesenjangan komunikasi antara pihak manajemen dan pekerja, memungkinkan para pegawai untuk “tinggal mengirim SMS ketika mereka merasa hak mereka dilanggar,” ujar Adidas AG.
Upaya Adidas untuk memperbaiki kontrol terhadap kondisi buruh bertepatan dengan debat yang diperbarui mengenai kondisi kerja pada para pemasok perusahaan-perusahaan Barat, menyusul insiden mematikan di industri garmen Bangladesh, di mana sebuah gedung bertingkat berisikan pabrik-pabrik garmen roboh bulan lalu dan menewaskan sedikitnya 645 orang.
Adidas, yang juga memiliki merek Reebok, mengatakan inisiatif SMS-nya berhasil diujicobakan sejak tahun lalu di sebuah pabrik pemasok di Indonesia, dan sekarang akan diberlakukan di empat pabrik lain di Indonesia serta satu pabrik di Vietnam.
Lewat program tersebut, para pekerja di sebuah pabrik dapat mengirim pesan pendek kepada manajemen perusahaan mereka yang juga akan dilihat dan diawasi secara langsung oleh Adidas.
“Masalah-masalah dapat dideteksi secara dini dan diatasi sebelum menjadi masalah yang lebih besar karena komunikasi langsung, personal dan sederhana,” ujar Adidas, dengan menambahkan bahwa “mayoritas besar” pekerja mereka di Indonesia dan Vietnam menggunakan telepon seluler.
Dalam uji coba, para pekerja sebagian besar telah menggunakan saluran SMS untuk mengekspresikan kegundahan mereka mengenai isu-isu seperti lingkungan tempat kerja, asuransi kesehatan dan kantin, serta kekerasan dan pelecehan, ujar perusahaan tersebut.
Seorang juru bicara Adidas, Lars Mangels, mengatakan informasi cepat mengenai jumlah total keluhan lewat SMS yang dikirim para pekerjanya tidak tersedia saat ini. Selain itu, juga tidak jelas berapa jumlah pekerja di pabrik-pabrik tempat program akan dilaksanakan.
Para produsen di negara-negara barat seringkali bergantung pada para pemasok di Asia karena upah buruh yang lebih rendah. Namun di bawah tekanan warga di negara mereka, banyak perusahaan mencari cara baru untuk memberlakukan kondisi bekerja yang pantas di seluruh rantai suplai mereka.
Beberapa telah membentuk hotline-hotline anonim untuk keluhan para pekerja, namun Adidas mengatakan layanan SMS selangkah lebih maju karena mengurangi halangan untuk mengajukan keluhan.
“Kami selalu bekerja untuk meningkatkan kondisi para pekerja di pabrik-pabrik para pemasok kami,” ujar anggota dewan direksi Adidas Glenn Bennett. (AP/Juergen Baetz)