Perdana Menteri Inggris Boris Johnson, Kamis (5/9) kembali mendapat pukulan sewaktu adiknya mengumumkan pengunduran diri sebagai menteri muda dan anggota parlemen.
Jo Johnson mencuit pengunduran dirinya karena konflik antara kepentingan keluarga dan Inggris.
“Dalam beberapa pekan saya terganggu antara loyalitas keluarga dan kepentingan nasional – ini adalah ketegangan yang tak terselesaikan, waktunya bagi orang lain untuk menjalankan peran saya sebagai anggota parlemen, menteri,” tulisnya.
Belum jelas benar apakah Jo Johnson akan langsung meninggalkan parlemen atau tidak ingin mencalonkan diri lagi.
Pengunduran dirinya ini menyusul dikeluarkannya 21 anggota parlemen dari Partai Konservatif baru-baru ini. Partai tersebut masih berselisih pendapat sehubungan dengan strategi perdana menteri untuk keluar dari Uni Eropa pada 31 Oktober dengan atau tanpa kesepakatan mengenai itu.
Boris Johnson mengalami kemunduran lainnya hari Rabu sewaktu Majelis Rendah parlemen memutuskan mendukung suatu legislasi yang memaksa pemerintah untuk meminta Uni Eropa agar menunda Brexit tiga bulan lagi apabila tidak ada kesepakatan yang dicapai selambatnya 31 Oktober, tenggat yang ditetapkan Johnson.
Ini adalah kekalahan besar ketiga mengenai Brexit yang dialami Johnson dalam dua hari.
Legislasi itu kini diserahkan ke majelis tinggi parlemen, di mana para anggota parlemen yang pro-Brexit berencana untuk mengalahkannya dengan taktik mengulur-ulur waktu.
Sejumlah anggota partai Konservatif bergabung dengan legislator oposisi hari Selasa dalam memutuskan untuk mengambil alih masalah Brexit dari Johnson.
Perdana Menteri Johnson mengatakan para legislator telah menghilangkan kemampuannya untuk dapat berunding dengan Uni Eropa. [uh/lt]