Sepuluh menteri pertahanan negara-negara Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (the Association of Southeast Asian Nation/ASEAN) pada Rabu (15/11) memulai ASEAN Defense Minister’s Meeting (ADMM) ke-17 di Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta. Pertemuan yang berlangsung hingga Kamis (16/11) ini tidak dihadiri oleh perwakilan Myanmar.
Selain sepuluh negara anggota ASEAN, sejumlah negara mitra yang tergabung dalam ADMM Plus juga hadir, yaitu Amerika Serikat (AS), Jepang, Australia, China, Selandia Baru, India, Rusia dan Korea.
BACA JUGA: Usul Latihan Militer Bersama ASEAN, Bertepuk Sebelah Tangan?Menteri Pertahanan Indonesia Prabowo Subianto dalam sambutannya menjelaskan tema dari pertemuan menteri pertahanan ASEAN tahun ini adalah perdamaian, kesejahteraan, dan keamanan; yang sejalan dengan tema yang diusung Indonesia sebagai ketua ASEAN tahun ini, yakni ASEAN sebagai Pusat Pertumbuhan Dunia.
Tema ini saling terkoneksi dengan dengan tujuan bersama negara-negara ASEAN untuk mewujudkan kawasan Asia Tenggara yang stabil, sejahtera, dan aman.
“Perdamaian dan keamanan merupakan faktor fundamental bagi terciptanya kesejahteraan ekonomi dan kemajuan sosial. Tanpa adanya kawasan yang damai dan aman, tidak mungkin untuk “menggaet” investasi, memajukan perdagangan, dan memastikan kesejahteraan masyarakat ASEAN,” ujar Prabowo.
Oleh karena itu, pertemuan para menteri pertahanan ASEAN tahun ini sedianya menjadi forum untuk membahas tantangan keamanan yang dapat menjadi hambatan bagi implementasi skema ASEAN.
Prabowo menambahkan pertemuan para menteri pertahanan ASEAN ini berperan penting dalam menangani tantangan-tantangan yang dihadapi, lewat dialog bermakna, saling bertukar gagasan, dan meningkatkan kemitraan dengan prinsip saling percaya, transparan, dan kolaborasi.
Dalam kesempatan itu Prabowo juga menyoroti krisis politik di Myanmar, yang berawal dari kudeta militer pada 1 Februari 2021.
BACA JUGA: Perkuat Upaya Kontra-Terorisme, TNI Ikuti Latihan Militer di Rusia"Indonesia sebagai ketua ASEAN terus mendorong untuk terwujudnya perkembangan konkret bagi solusi damai (di Myanmar). Indonesia akan terus mendukung upaya-upaya Myanmar untuk mencapai perdamaian, stabilitas, dan penegakan hukum, serta meningkatkan harmoni dan rekonsiliasi," kata Prabowo.
Prabowo menambahkan bahwa Indonesia juga mendorong negara-negara ASEAN lainnya untuk mendukung Myanmar mencapai solusi damai dan jangka panjang atas krisis politik.
Prabowo juga sempat menyinggung konflik Israel-Hamas di Jalur Gaza. Indonesia, ujarnya, memantau dengan seksama perkembangan situasi di Gaza sejak dimulainya serangan Hamas ke Israel pada 7 Oktober lalu.
Prabowo menggarisbawahi posisi Indonesia yang dengan tegas mendorong segera diwujudkannya gencatan senjata dan dibukanya koridor kemanusiaan. Indonesia juga berkomitmen untuk membantu rakyat Palestina di Gaza, dan sudah mengirim 21 ton bantuan kemanusiaan.
Malaysia dan Singapura soroti situasi di Gaza
Dalam kesempatan itu Menteri Pertahanan Malaysia Haji Mohamad bin Haji Hasan juga menyoroti perkembangan di Gaza. Dia mengecam serangan udara Israel terhadap warga sipil dan fasilitas sipil, seperti rumah sakit.
"Malaysia menegaskan lagi seruan untuk segera diwujudkannya gencatan senjata, dibukanya akses untuk bantuan kemanusiaan, dan menolak segala upaya untuk mengusir warga Palestina dari tanah air mereka," ujarnya.
Your browser doesn’t support HTML5
Malaysia menegaskan bahwa bangsa Palestina berhak untuk memiliki negara merdeka dan berdaulat dengan wilayah sebelum Perang Enam Hari pada 1967 dan beribu kota di Yerusalem Timur. Malaysia juga meminta kepada semua pihak untuk menaati resolusi Majelis Umum PBB yang disahkan pada 27 Oktober yang menyerukan perlindungan warga sipil.
Menteri Pertahanan Singapura Ng Eng Hen, ikut angkat bicara, mengatakan ada satu pelajaran yang bisa dipetik dari Perang Ukraina dan situasi menyedihkan di Gaza.
"Perdamaian bisa dicuri atau hilang sangat cepat. Tidak satu pun dari kita memprediksi invasi Rusia ke Ukraina dan situasi saat ini di Timur Tengah," tuturnya.
Menurut Hen, kawasan Asia Tenggara yang damai dan stabil bisa berubah jika para pemimpin di kawasan tidak memberi perhatian terhadap tantangan-tantangan yang dihadapi.[fw/em]