Kementerian Luar Negeri Taiwan mengatakan, Senin (19/10), sejumlah diplomat China dan pegawai pemerintahan Taiwan terlibat perkelahian di tengah resepsi perayaan Hari Nasional Taiwan di Fiji.
Insiden itu menggambarkan meningkatnya ketegangan antara dua pemerintahan yang saling bersaing untuk mendapatkan pengakuan diplomatik.
Joanne Ou, juru bicara Kementerian Luar Negeri Taiwan, dalam pernyataan tertulis yang dikutip oleh Associated Press mengatakan perkelahian itu bermula ketika para pegawai Taiwan berusaha menghentikan diplomat China yang mengabadikan foto-foto para tamu dalam acara yang digelar pada 8 Oktober lalu. Ou mengatakan seorang pegawai Taiwan dilarikan ke rumah sakit dengan luka di kepala, sedangkan polisi mengamankan para diplomat China.
“Kementerian Luar Negeri mengecam keras tindakan para pegawai Kedutaan Besar China di Fiji, yang sangat melanggar aturan hukum dan tata krama,” kata Ou, sambil menambahkan Taiwan juga melayangkan protes resmi kepada pemerintah Fiji.
Kementerian Luar Negeri China tidak segera menanggapi permintaan untuk komentar.
China makin meningkatkan tekanan terhadap pemerintah negara lain untuk mengisolasi Taiwan, yang memisahkan diri dari China daratan pada 1949 setelah perang saudara.
Hanya 15 negara yang mengakui Taiwan sebagai pemerintahan yang merdeka. Negara-negara yang mengakui Taiwan kebanyakan negara kecil dan miskin. Namun, pemerintahan Taiwan yang dipilih secara demokratis memiliki hubungan komersial dan informal yang luas dengan banyak negara.
Acara Hari Nasional yang diadakan di Suva, Ibu Kota Fiji, digelar oleh Kantor Perdagangan Taiwan
Sementara itu, Larry Tseng, Kepala Urusan Asia Timur dan Pasifik Kementerian Luar Negeri Taiwan, dikutip oleh Reuters mengatakan China sedang menyelidiki apakah ada politisi Fiji yang menghadiri acara itu.
Dia mengatakan para diplomat dari kedua negara mengalami luka-luka akibat insiden "saling dorong" itu.
Di luar negeri, para diplomat China juga makin kasar.
Tahun ini, Kedutaan Besar China di Thailand menuduh para kritikus “mengkhianati sejarah” dalam sebuah perang di media sosial terkait asal wabah virus corona, serta status Hong Kong dan Taiwan. [ft/au/rw]