Analis mengatakan ada lebih dari 10.000 situs yang menyebarkan pandangan-pandangan radikal dan ekstrem di dunia maya.
SINGAPURA —
Ada lebih dari 10.000 laman ekstremis di Internet dibandingkan dengan kurang dari 100 untuk melawan mereka, ujar seorang analis pada sebuah konferensi yang menekankan pentingnya melawan propaganda militer.
Dalam banyak cara, teroris sangat berhasil di dunia maya,” ujar analis anti-terorisme Rohan Gunaratna, Selasa (26/3), yang mengepalai pusat penelitian International Centre for Political Violence and Terrorism Research di Singapura.
“Sangat penting bagi kita untuk membangun dalam 10 tahun ke depan kapasitas dan kemampuan untuk melawan kehadiran dan operasi yang meningkat dari kelompok-kelompok ini di dunia maya.”
Para pembicara pada Konferensi Internasional mengenai Rebabilitasi Teroris dan Ketahanan Masyarakat mengatakan bahwa kelompok Islam moderat dan pemerintah harus membuat upaya bersama untuk melawan propaganda ekstremis di Internet.
YouTube, Facebook, Twitter dan media sosial lainnya semakin sering dieksploitasi untuk menyebarkan pandangan-pandangan ekstremis, dan pemimpin agama yang moderat serta pemerintah-pemerintah harus bisa mengikuti untuk melawan argumen-argumen mereka, menurut para pembicara tersebut.
Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong mengatakan dalam pidato pembukaannya bahwa radikalisasi pribadi melalui paparan yang konstan terhadap pandangan-pandangan radikal di Internet merupakan “fenomena yang meningkat.”
“Situs-situs jihadis dan ceramah dari pemimpin ideologi yang kharismatik dapat diklik dengan mudah,” ujar Lee, yang juga menekankan kebutuhan akan kerja sama internasional yang lebih erat melawan terorisme.
Sekitar 500 analis keamanan, akademisi dan pemimpin agama menghadiri forum tersebut.
Cendekiawan Muslim Ali Mohamed, salah satu ketua Grup Rehabilitasi Agama (Religious
Rehabilitation Group, RRG) di Singapura mengatakan bahwa dunia maya “menjadi daerah peperangan baru untuk hati dan pikiran.”
RRG melakukan konseling dan re-indoktrinasi militan-militan yang dipenjara dan membantu mereka berintegrasi kembali ke dalam masyarakat, termasuk beberapa diantaranya yang ditahan pada akhir 2001 karena diduga berencana mengebom Amerika Serikat dan target-target lain di negara pulau tersebut.
“Para teroris semakin mengeksploitasi Internet sebagai alat untuk komunikasi dan radikalisasi massa,” ujar Ali.
"RRG yakin ini adalah salah satu tantangan terbesar saat ini, untuk berhadapan dan menanggulangi penyebaran ideologi teroris dan pandangan ekstremis yang pesat di Internet.” (AFP)
Dalam banyak cara, teroris sangat berhasil di dunia maya,” ujar analis anti-terorisme Rohan Gunaratna, Selasa (26/3), yang mengepalai pusat penelitian International Centre for Political Violence and Terrorism Research di Singapura.
“Sangat penting bagi kita untuk membangun dalam 10 tahun ke depan kapasitas dan kemampuan untuk melawan kehadiran dan operasi yang meningkat dari kelompok-kelompok ini di dunia maya.”
Para pembicara pada Konferensi Internasional mengenai Rebabilitasi Teroris dan Ketahanan Masyarakat mengatakan bahwa kelompok Islam moderat dan pemerintah harus membuat upaya bersama untuk melawan propaganda ekstremis di Internet.
YouTube, Facebook, Twitter dan media sosial lainnya semakin sering dieksploitasi untuk menyebarkan pandangan-pandangan ekstremis, dan pemimpin agama yang moderat serta pemerintah-pemerintah harus bisa mengikuti untuk melawan argumen-argumen mereka, menurut para pembicara tersebut.
Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong mengatakan dalam pidato pembukaannya bahwa radikalisasi pribadi melalui paparan yang konstan terhadap pandangan-pandangan radikal di Internet merupakan “fenomena yang meningkat.”
“Situs-situs jihadis dan ceramah dari pemimpin ideologi yang kharismatik dapat diklik dengan mudah,” ujar Lee, yang juga menekankan kebutuhan akan kerja sama internasional yang lebih erat melawan terorisme.
Sekitar 500 analis keamanan, akademisi dan pemimpin agama menghadiri forum tersebut.
Cendekiawan Muslim Ali Mohamed, salah satu ketua Grup Rehabilitasi Agama (Religious
Rehabilitation Group, RRG) di Singapura mengatakan bahwa dunia maya “menjadi daerah peperangan baru untuk hati dan pikiran.”
RRG melakukan konseling dan re-indoktrinasi militan-militan yang dipenjara dan membantu mereka berintegrasi kembali ke dalam masyarakat, termasuk beberapa diantaranya yang ditahan pada akhir 2001 karena diduga berencana mengebom Amerika Serikat dan target-target lain di negara pulau tersebut.
“Para teroris semakin mengeksploitasi Internet sebagai alat untuk komunikasi dan radikalisasi massa,” ujar Ali.
"RRG yakin ini adalah salah satu tantangan terbesar saat ini, untuk berhadapan dan menanggulangi penyebaran ideologi teroris dan pandangan ekstremis yang pesat di Internet.” (AFP)