Ketika Amerika, di bawah pemerintahan Joe Biden, melonggarkan kebijakan imigrasinya, para pemimpin sektor teknologi di Kanada yang sedang berkembang mungkin harus bekerja lebih keras untuk menarik pekerja internasional terbaik.
“Dampak pemerintahan Biden belum terlihat,” kata eksekutif layanan keuangan yang berbasis di Toronto, Soumya Ghosh.
Namun demikian perusahaan teknologi Kanada jelas telah diuntungkan oleh kebijakan imigrasi Amerika yang ketat di bawah mantan presiden Donald Trump, di mana mereka dapat merekrut pekerja sangat terampil dari seluruh dunia. Jika tidak ada kebijakan imigrasi yang ketat itu, para pekerja itu tentunya akan mencari pekerjaan di Amerika.
Gelombang masuknya pekerja terampil ikut menjadikan Toronto sebagai pusat lapangan kerja teknologi dengan pertumbuhan tercepat di Amerika Utara dalam beberapa tahun terakhir, demikian menurut laporan perusahaan analisis bisnis AS CBRE, sebuah perusahaan jasa dan investasi global, Januari lalu.
Kota pesisir Pasifik Kanada, Vancouver, juga masuk dalam urutan lima besar, bersama dengan San Francisco, New York, dan Seattle.
Yang menonjol dalam sektor teknologi Kanada adalah perusahaan dalam negeri seperti perusahaan dagang-el Shopify, yang mengatakan mendukung 1,7 juta bisnis di 175 negara. Kemudahan dalam merekrut talenta internasional juga menjadikan Kanada lebih menarik bagi raksasa global seperti Google yang pada Februari 2020 mengumumkan rencananya untuk melipatgandakan tenaga kerjanya di negara tersebut.
Meskipun tujuan kebijakan Trump adalah memprioritaskan pekerja berketerampilan tinggi di bawah sistem imigrasi "berbasis prestasi", penerbitan visa AS selama pemerintahannya di hampir semua kategori penerima visa telah turun, terutama setelah perebakan pandemi COVID-19.
Pemerintahan Biden minggu ini mengatakan pihaknya masih belum memutuskan apakah akan memperpanjang larangan sementara era Trump untuk visa H-1B baru, visa yang paling umum digunakan pekerja teknologi yang sangat terampil untuk bisa datang ke Amerika. [my/em]