Akankah Penggunaan Mata Uang Lokal Anggota ASEAN Memperkuat Stabilitas? 

  • Fathiyah Wardah

Sebuah papan elektronik berisi nilai tukar mata uang asing terpampang di tempat penukaran uang di Jakarta, 11 Juni 2013. (Foto: Enny Nuraheni/Reuters)

Penggunaan mata uang lokal untuk transaksi di kawasan ASEAN dinilai akan memperkuat stabilitas mata uang masing-masing negara anggota ASEAN.  Benarkah demikian? 

Negara-negara anggota Perhimpunan Bangsa-bangsa Asia Tenggara (Association of Southeast Asian Nations/ASEAN) sepakat memperkuat penggunaan mata uang lokal di kawasan dan mengurangi ketergantungan pada mata uang internasional, terutama dolar Amerika, guna menghindari dampak luas krisis ekonomi global.

Perjanjian itu merupakan salah satu kesepakatan yang dicapai di hari terakhir pertemuan para menteri keuangan dan gubernur bank sentral anggota ASEAN di Bali, dua pekan lalu.

Wakil Direktur Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Eko Listiyanto kepada VOA, Sabtu (8/4), membenarkan jika penggunaan mata uang lokal negara ASEAN saat melakukan transaksi di kawasan ASEAN, akan memperkuat stabilitas mata uang masing-masing negara anggota.

Dia memperkirakan Indonesia sebagai ketua ASEAN tahun ini akan mendorong perluasan pemakaian mata uang lokal agar melibatkan semua negara anggota ASEAN. Sejauh ini kebutuhan dolar dalam penyediaan cadangan devisa di Indonesia dan sebagian negara anggota ASEAN lainnya sangat dominan.

Tumpukan uang Vietnam, Dong, di sebuah bank di Hanoi, 25 November 2009. (Foto: Kham [Vietnam Business] via Reuters)

Jika ada kebijakan baru transaksi dengan mata uang lokal, negara-negara anggota ASEAN tidak perlu lagi menggunakan dolar.

“Hal ini akan membuat keragaman di dalam komposisi cadangan devisa Sehingga itu biasanya bisa memperkuat daya stabilitas dari mata uang masing-masing negara (anggota ASEAN)," kata Eko.

Mengurangi Ketergantungan terhadap Dolar Amerika

Hal senada disampaikan Direktur Eksekutif CORE Indonesia Mohammad Faisal, yang mengatakan jika negara-negara ASEAN dapat bertransaksi langsung dengan mata uang sesama ASEAN, hal tersebut dapat meningkatkan perdagangan di kawasan Asia Tenggara.

BACA JUGA: Elegi Akhir Maret: Meski Geram, Rakyat Tetap Taat Bayar Pajak

"Kalau ketergantungan terhadap dolar itu bisa dikurangi, maka hal ini bisa menekan risiko ekonomi yang disebabkan oleh volatilitas nilai tukar rupiah terhadap dolar yang selama ini kita hadapi dan banyak negara juga," ujar Faisal.

Secara parsial, lanjut Faisal, Indonesia sudah melakukan hal ini ke beberapa negara ASEAN, yang disebut local guarantee settlement, yakni dengan tiga negara ASEAN, termasuk Malaysia dan Thailand. Namun hal ini dilakukan secara bilateral, bukan secara regional.

Sejumlah pelanggan mengecek nilai tukar ringgit Malaysia di sebuah penukaran mata uang asing di Kuala Lumpur, Malaysia, 24 Agustus 2015. (Foto: Vincent Thian/AP Photo)

Faisal belum dapat memperkirakan sejauh mana dampak dari penggunaan mata uang masing-masing negara anggota ASEAN dalam bertransaksi intra kawasan terhadap pertumbuhan ekonomi di Asia Tenggara.

Dia mencontohkan Masyarakat Ekonomi ASEAN yang sudah terbentuk sejak 2015, masih belum mampu menggenjot transaksi intra ASEAN secara signifikan; yang terjadi justru peningkatan transaksi negara-negara ASEAN dengan Cina.

Sosialisasi

Faisal mengakui memakai mata uang masing-masing negara ASEAN dalam bertransaksi lebih mudah ketimbang membuat mata uang tunggal ASEAN. Ini dikarenakan ASEAN hanya dipayungi oleh sebuah sekretariat, sangat berbeda dengan Uni Eropa yang memiliki parlemen bersama.

Hambatan lain adalah kesenjangan ekonomi antar negara ASEAN yang besar. Yang paling ekstrem adalah perbedaan pendapatan per kapita per tahun, misalnya antara Singapura dan Myanmar.

Seorang pedemo menempelkan lembaran 50 dolar singapura saat demo kebebasan berpendapat di Speakers' Corner, Singapura, 8 Juni 2013. (Foto: Roslan Rahman/AFP)

Dari segi mata uang lokal, nilai terkuat adalah dolar Singapura, sedangkan nilai mata uang lokal terlemah adalah rupiah Indonesia dan dong Vietnam.

Eko Listiyanto di INDEF mengingatkan implementasi penggunaan mata uang lokal negara anggota ASEAN ini baru efektif jika eksportir dan importir memasukkan kewajiban itu dalam kontrak bisnis mereka, dan ini dilakukan perlahan-lahan, tambahnya. Untuk itu perlu dilakukan pendekatan dan sosialisasi kepada para pengusaha di ASEAN.

Eko mengakui negara-negara anggota ASEAN tidak mungkin serta merta meninggalkan dolar Amerika dalam transaksi dagang di luar ASEAN karena akan memicu kemarahan negara adidaya itu, dan berpotensi menimbulkan masalah geopolitik.

Your browser doesn’t support HTML5

Akankah Penggunaan Mata Uang Lokal Anggota ASEAN Memperkuat Stabilitas?

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan ASEAN akan membentuk gugus tugas untuk merumuskan proses transisi penggunaan mata uang lokal negara-negara ASEAN dalam transaksi keuangan intra ASEAN.

Dia menambahkan transaksi menggunakan mata uang lokal bisa dilakukan lebih cepat, mampu mengatasi krisis global, dan nilai mata uang masing-masing negara ASEAN akan meningkat. [fw/em]