Karena sengketa teritorial atas Laut Cina Selatan, banyak perusahaan enggan mengajukan tawaran investasi untuk melakukan eksplorasi minyak dan gas di sana.
Laut Cina Selatan yang disengketakan diyakini memiliki cadangan besar sumber daya hidrokarbon. Beberapa perkiraan menyebutkan potensi cadangan minyak sebesar 213 milyar barel dan gas alam dua kuadriliun kubik – menjadikannya salah satu deposit terkaya di dunia.
Negara-negara di kawasan itu menjual kontrak eksplorasi kepada perusahaan minyak yang tertarik memanfaatkan potensi sumber-sumber energi itu. Pekan lalu, Filipina melelang dua blok di laut itu. Sehari kemudian, Tiongkok mengumumkan akan menjual sembilan blok dalam wilayah yang diklaim Vietnam.
Tetapi, karena Tiongkok, Filipina, Vietnam, Taiwan, Malaysia dan Brunei terlibat sengketa teritorial tentang siapa yang berhak atas cadangan hidrokarbon itu, perusahaan-perusahaan mungkin enggan mengajukan tawaran.
Ian Storey adalah cendekiawan senior pada Institut Kajian Asia Tenggara di Singapura. Menurutnya, meningkatnya ketegangan dalam setahun terakhir, menyebabkan perusahaan minyak tertentu yang mengajukan tawaran untuk bagian-bagian Laut Cina Selatan yang disengketakan, kini menghadapi risiko dilecehkan.
Ia mengatakan, "Dugaan saya, karena perusahaan-perusahaan yang mengajukan tawaran untuk blok-blok itu bukan penghasil energi utama, kemungkinan Tiongkok bisa melakukan langkah-langkah yang lebih menekan mereka."
Menurut Dirjen Migas Departemen Energi Filipina, Jay Layug, blok-blok yang baru-baru ini dilelang terletak jauh di dalam zona ekonomi eksklusif Filipina, yang didefinisikan sebagai wilayah pantai suatu negara hingga sejauh 370 kilometer ke laut. Tapi Tiongkok juga mengklaim wilayah itu berdasarkan peta kuno.
Layug mengatakan dua blok diklaim oleh Tiongkok. Kedua blok itu terletak dekat Reed Bank yang diperebutkan, di mana kapal-kapal Filipina bentrok dengan kapal-kapal Tiongkok.
Ia menambahkan, sejak kejadian terakhir di Reed Bank, pemerintah telah mengambil tindakan pencegahan.
"Yang kami lakukan di Departemen Energi adalah memastikan semua kegiatan eksplorasi kontraktor kami dikoordinasikan dengan Penjaga Pantai Filipina dan Departemen Pertahanan," ujarnya.
Meskipun pihak berwenang Filipina tanggal 31 Juli lalu menganggap 20 perusahaan memenuhi syarat untuk mengajukan tawaran lelang bagi tiga blok yang tersisa, hanya satu perusahaan mengajukan penawaran pada salah satu blok yang disengketakan itu. Blok lainnya mendapat dua tawaran.
Menurut Ian Storey dari Institut Kajian Asia Tenggara, rumitnya masalah Laut Cina Selatan adalah karena negara-negara yang terlibat bersikukuh pada klaim mereka. Ia memperingatkan, kecenderungan sekarang ini "bergerak ke arah yang salah," artinya sengketa yang ada sekarang ini bisa semakin buruk dalam tahun-tahun mendatang.
Negara-negara di kawasan itu menjual kontrak eksplorasi kepada perusahaan minyak yang tertarik memanfaatkan potensi sumber-sumber energi itu. Pekan lalu, Filipina melelang dua blok di laut itu. Sehari kemudian, Tiongkok mengumumkan akan menjual sembilan blok dalam wilayah yang diklaim Vietnam.
Tetapi, karena Tiongkok, Filipina, Vietnam, Taiwan, Malaysia dan Brunei terlibat sengketa teritorial tentang siapa yang berhak atas cadangan hidrokarbon itu, perusahaan-perusahaan mungkin enggan mengajukan tawaran.
Ian Storey adalah cendekiawan senior pada Institut Kajian Asia Tenggara di Singapura. Menurutnya, meningkatnya ketegangan dalam setahun terakhir, menyebabkan perusahaan minyak tertentu yang mengajukan tawaran untuk bagian-bagian Laut Cina Selatan yang disengketakan, kini menghadapi risiko dilecehkan.
Ia mengatakan, "Dugaan saya, karena perusahaan-perusahaan yang mengajukan tawaran untuk blok-blok itu bukan penghasil energi utama, kemungkinan Tiongkok bisa melakukan langkah-langkah yang lebih menekan mereka."
Menurut Dirjen Migas Departemen Energi Filipina, Jay Layug, blok-blok yang baru-baru ini dilelang terletak jauh di dalam zona ekonomi eksklusif Filipina, yang didefinisikan sebagai wilayah pantai suatu negara hingga sejauh 370 kilometer ke laut. Tapi Tiongkok juga mengklaim wilayah itu berdasarkan peta kuno.
Layug mengatakan dua blok diklaim oleh Tiongkok. Kedua blok itu terletak dekat Reed Bank yang diperebutkan, di mana kapal-kapal Filipina bentrok dengan kapal-kapal Tiongkok.
Ia menambahkan, sejak kejadian terakhir di Reed Bank, pemerintah telah mengambil tindakan pencegahan.
"Yang kami lakukan di Departemen Energi adalah memastikan semua kegiatan eksplorasi kontraktor kami dikoordinasikan dengan Penjaga Pantai Filipina dan Departemen Pertahanan," ujarnya.
Meskipun pihak berwenang Filipina tanggal 31 Juli lalu menganggap 20 perusahaan memenuhi syarat untuk mengajukan tawaran lelang bagi tiga blok yang tersisa, hanya satu perusahaan mengajukan penawaran pada salah satu blok yang disengketakan itu. Blok lainnya mendapat dua tawaran.
Menurut Ian Storey dari Institut Kajian Asia Tenggara, rumitnya masalah Laut Cina Selatan adalah karena negara-negara yang terlibat bersikukuh pada klaim mereka. Ia memperingatkan, kecenderungan sekarang ini "bergerak ke arah yang salah," artinya sengketa yang ada sekarang ini bisa semakin buruk dalam tahun-tahun mendatang.