Aksi Solidaritas di Solo : Usut Tuntas Kasus Intoleransi di Tolikara, Papua

  • Yudha Satriawan

Aksi solidaritas muslim Solo untuk kasus Tolikara Papua, Jumat, 24 Juli 2015 (Foto: VOA/Yudha)

Lebih dari seribu orang dari berbagai organisasi Islam di Solo dan sekitarnya pawai membawa berbagai spanduk dan poster, mengecam kasus yang terjadi di Tolikara Papua, Jumat sore (24/7).

Ribuan muslim dari berbagai organisasi massa berbasis Islam di Solo dan sekitarnya menggelar aksi turun ke jalan. Mereka menyerukan pada pemerintah dan polisi untuk mengusut tuntas kasus intoleransi di Tolikara Papua.

Yel-yel mengecam kasus di Tolikara Papua bergema di sepanjang jalan Slamet Riyadi Solo, Jumat sore (24/7). Lebih dari seribu orang dari berbagai organisasi Islam di Solo dan sekitarnya pawai membawa berbagai spanduk dan poster mengecam kasus yang terjadi di Tolikara Papua.

Ketua Majelis Tafsir Al-Quran (MTA), Ahmad Sukina, saat berorasi mengatakan umat muslim jangan terpancing dengan aksi kekerasan yang terjadi di Papua. Menurut Ahmad Sukina, keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) menjadi prioritas utama menanggapi kasus yang terjadi di Tolikara.

Ahmad Sukina menegaskan pemerintah dan polisi harus mengusut tuntas kasus tersebut agar tidak merembet ke daerah lain di Indonesia.

“Saudara kami sesama muslim di Papua sedang didzolimi umat agama lain. Kita sebagai muslim jangan suka membicarakan siapa mayoritas, siapa minoritas. Tidak ada mayoritas dan tidak ada minoritas di Indonesia. Semua sama. Yang mayoritas nanti meneror atau menindas yang minoritas, yang minoritas akan takut pada yang mayoritas. Oleh karena itu kita harus mengukuhkan rasa kebangsaan, apapun warna kulit kita, agama kita, suku kita, semua terbingkai dalam satu bangsa, bangsa Indonesia,” kata Ahmad Sukina.

Para peserta aksi solidaritas untuk muslim Papua ini mendapat pengawalan ketat polisi dan TNI di Solo. Anggota DPR, Abdul Kharis, yang ikut dalam aksi tersebut saat berorasi juga menyerukan dan mendesak aparat penegak hukum mengusut tuntas kasus Tolikara dan menyeretnya ke pengadilan.

“Kepada polisi, aparat penegak hukum maupun densus anti-teror, uang yang kalian pakai adalah uang rakyat. Oleh karena itu, bersikaplah adil dan sama dengan rakyat. Tegakkan hukum,” seru Abdul Kharis.

Sebagaimana diketahui, kasus kerusuhan terjadi di Tolikara Papua saat berlangsungnya perayaan Idul Fitri. Peristiwa ini merembet ke kasus pembakaran pintu salah satu gereja di Purworejo Jawa Tengah dan peristiwa serupa di Bantul Yogyakarta kemarin. Pemerintah bergerak cepat mengantisipasi agar kasus ini tidak merembet ke daerah lain dan berujung pada konflik bernuansa SARA. Polisi di Papua sudah menangkap sejumlah tersangka kasus tersebut.