Los Angeles akan menjadi kota terbesar di AS yang menaikkan upah minimum menjadi 15 dolar per jam, kenaikan yang dilakukan secara bertahap dalam lima tahun ke depan. Upah itu lebih dari dua kali lipat upah minimum yang ditetapkan UU AS sekarang ini, dan sebagian kelompok bisnis mengatakan hal itu akan merugikan tersedianya lapangan pekerjaan.
Seperti yang dilaporkan wartawan VOA Mike O'Sullivan, ini adalah kemenangan terbaru dalam sebuah gerakan nasional oleh serikat-serikat buruh dan pekerja berupah rendah.
Pengunjuk rasa yang menuntut kenaikan upah minimum telah berdemonstrasi di seluruh AS, dari New York sampai Phoenix.
“Apa yang kami tuntut? 15 dolar. Kapan harus dipenuhi? Sekarang.”
Buruh berupah minimum mendatangi balai kota Los Angeles pekan lalu ketika anggota-anggota dewan mempertimbangkan kenaikan upah minimum itu. Wacana itu mendapat persetujuan awal hari Rabu dan diperkirakan akan mendapat persetujuan akhir pada tanggal 10 Juni.
Upaya itu akan menaikkan upah minimum secara bertahap mulai tahun depan, sehingga mencapai 15 dolar per jam pada tahun 2020. Pekerja UKM dan organisasi nirlaba akan memperoleh 15 dolar per jam setahun berikutnya.
Karyawan McDonald's Edgar Gonzalez, seorang ayah, mengatakan perubahan itu akan sangat berpengaruh. “Hal ini sangat berarti. Ini akan membantu saya membayar sewa rumah, menutup biaya pemeliharaan anak, dan menjalani kehidupan yang lebih baik,” komentarnya.
Kamar Dagang AS dan beberapa kelompok bisnis lain mengatakan upaya itu membebani UKM, dan merevisi pajak sebenarnya merupakan cara lebih baik untuk membantu warga miskin.
Federasi Buruh Los Angeles County, sebuah koalisi serikat buruh, mengatakan upaya itu akan mendorong ekonomi dan membantu pekerja.
Pejabat federasi itu, Rusty Hicks, mengatakan kota-kota di AS mulai mengambil langkah karena pemerintah federal tidak mengambil tindakan apa-apa. “Los Angeles, San Fransisco, Oakland, New York dan yang lainnya mengambil inisiatif dan berupaya mengatasi isu ini sendiri,” jelas Rusty Hiks.
Pengamat bisnis Shon Hiatt dari Universitas Southern California, mengatakan perusahaan seperti McDonald's menghadapi kompetisi yang berat dan penjualan yang merosot, dan mulai mengurangi anggaran, dan kemungkinan mengurangi karyawan, dan sebagai gantinya akan memanfaatkan teknologi.
"McDonald's dan restoran cepat saji lainnya mulai bergerak ke arah ini. Perangkat teknologi semakin canggih, bahkan pelanggan bisa memesan makanan tanpa harus berkomunikasi dengan karyawan,” kata Shon Hiatt.
Dorongan untuk menaikkan upah minimum semakin meluas. Laphonza Butler dari Serikat Layanan Karyawan Internasional mengatakan sasaran upah 15 dolar per jam mungkin harus disesuaikan dengan kondisi ekonomi setempat, dan akan lebih rendah di tempat tertentu dan lebih tinggi di tempat lainnya.
“15 dolar itu sebuah aspirasi dan lambang perjuangan kami. Tujuan sebenarnya adalah menegakkan kembali nilai-nilai penting dari negara kami, yakni menghargai kerja keras warganya,” kata Laphonza Butler.
Sementara pekerja merayakan kemenangan mereka di Los Angeles, mereka mengatakan gerakan untuk menaikkan upah minimum di seluruh AS telah meraih sebuah momentum penting.
Your browser doesn’t support HTML5