Aktivis demokrasi Hong Kong yang dipenjarakan, Joshua Wong, Jumat (30/4), mengaku bersalah bersama tiga orang lainnya, karena menghadiri acara renungan malam yang dilarang untuk para korban penumpasan Lapangan Tiananmen, China.
Aksi tahunan 4 Juni ini telah diadakan di Hong Kong selama 30 tahun terakhir dan menarik banyak peserta. Namun, acara itu dilarang untuk pertama kalinya tahun lalu oleh polisi, dengan alasan situasi virus corona.
Puluhan ribu orang menentang larangan tersebut dan berkumpul di Taman Victoria, yang selalu menjadi lokasi penyelenggaraan acara renungan itu.
Sejak itu jaksa telah menuntut 24 aktivis terkemuka yang muncul di acara tersebut.
BACA JUGA: Wartawan Hong Kong Tunggu Vonis Soal Pernyataan PalsuPada sidang pra-peradilan pada hari Jumat (30/4), Wong mengaku bersalah bersama anggota dewan distrik Lester Shum, Tiffany Yuen dan Jannelle Leung.
Tuduhan berkumpul tanpa izin bisa dikenai hukuman hingga lima tahun penjara.
Kasus renungan malam merupakan yang terbaru dari serangkaian kasus kriminal yang menjerat gerakan demokrasi yang terkungkung di Hong Kong.
Wong, salah satu aktivis paling terkemuka di kota itu, saat ini menjalani hukuman penjara karena terlibat dalam aksi demonstrasi berbulan-bulan yang sering kali disertai kekerasan yang mengguncang Hong Kong pada 2019.
Shum dan Yuen sudah ditahan atas tuduhan melanggar undang-undang keamanan nasional, yang juga dihadapi Wong.
BACA JUGA: Taipan Media dan 4 Aktivis Demokrasi Hong Kong Dihukum PenjaraLeung ditahan setelah pengakuan bersalahnya. Hukuman terhadap keempatnya akan diumumkan pada 6 Mei.
Para terdakwa lainnya -- termasuk beberapa aktivis kota yang paling terkemuka --- akan diadili akhir musim panas ini. Banyak dari mereka juga sudah dipenjarakan atau ditahan.
Aksi tahunan Tiananmen, yang ditujukan untuk mengenang para korban penindasan protes prodemokrasi pada 1989, menjadi momen sangat penting bagi warga Hong Kong karena banyak warga kota itu marah berada di bawah pemerintahan Beijing yang semakin otoriter.
Massa yang berpartisipasi bertambah besar dalam beberapa tahun terakhir, dan sering meneriakkan slogan-slogan seperti "Akhiri pemerintahan satu partai" dan menyerukan demokrasi di China.
Hingga saat ini belum jelas apakah Hong Kong akan menyelenggarakan kembali acara renungan itu pada tahun ini. [ab/uh]