Para aktivis iklim berunjuk-rasa hari Kamis (17/11) melewati tempat penyelenggaraan KTT iklim PBB di Mesir, menuntut keadilan mengenai iklim, termasuk kompensasi bagi negara-negara miskin yang terkena dampak pemanasan global.
Ketika pertemuan iklim internasional di Mesir memasuki hari-hari terakhir, para perunding berusaha melontarkan berbagai isu penting, termasuk kompensasi untuk bencana iklim, menghentikan semua penggunaan bahan bakar fosil dan bantuan keuangan tambahan untuk negara-negara miskin.
Salah satu perdebatan utama adalah memberikan dana kepada negara-negara yang terkena bencana terkait iklim, yang disebut sebagai "kerugian dan kerusakan".
BACA JUGA: China Hadapi Tekanan untuk Bayar Kompensasi Pencemaran LingkunganUtusan iklim Kepulauan Marshall, Kathy Jetn̄il-Kijiner, mengatakan bahwa negara pulau kecil tidak ingin pertemuan COP27 berakhir tanpa kesepakatan tentang pendanaan kerugian dan kerusakan.
"Menunggu COP berikutnya atau bahkan COP29 bukanlah pilihan bagi kami. Kami tidak akan pergi tanpa dana ini. Kami membutuhkan dana sekarang," tegasnya.
Ia menambahkan bahwa momentum berkembang seputar gagasan mekanisme pendanaan untuk kerugian dan kerusakan yang diderita oleh negara-negara berkembang yang menanggung beban perubahan iklim.
Your browser doesn’t support HTML5
Kepulauan Marshall adalah rangkaian pulau di antara Hawaii dan Filipina yang tingginya kurang dari dua meter di atas permukaan laut, sehingga sangat rentan terhadap pemanasan global.
Sementara, mantan presiden Irlandia Mary Robinson, yang memimpin kelompok The Elders dari mantan pemimpin dunia mengatakan, ia berharap Bank Dunia dan IMF akan menyediakan uang publik itu.
Aktivis iklim Uganda, Vanessa Nakate mengutip perkataan Dr. Martin Luther King Jr., mengatakan, "Kami membutuhkan dana kerugian dan kerusakan sekarang. Kami tidak akan menunggu lebih lama lagi karena krisis iklim adalah krisis hak asasi manusia. Tidak ada aksi iklim tanpa keadilan iklim. Dan seperti yang ditulis Martin Luther King Jr, 'keadilan yang terlalu lama tertunda adalah keadilan yang ditolak.'"
Unjuk rasa para aktivis untuk menuntut "keadilan iklim" itu dilakukan di lokasi yang digunakan sebagai tempat KTT iklim PBB di Sharm el-Sheikh, Mesir. [ps/lt]