Al-Shabab Eksekusi 5 Orang, Termasuk Seorang Remaja

Militan al-Shabab melakukan latihan militer di selatan Mogadishu, Somalia (foto: dok).

Kelompok militan Al-Shabab di Somalia telah mengeksekusi lima orang, termasuk seorang remaja laki-laki umur 16 tahun yang dituduh menjadi mata-mata pasukan Kenya, Amerika, dan Somalia.

Remaja dan empat pria itu dieksekusi di tempat umum oleh regu tembak hari Minggu (24/12) di kota Idale, 60 kilometer di selatan Baidoa, setelah seorang hakim al-Shabab menyatakan mereka bersalah, konon berdasar pengakuan mereka. Hakim tidak merilis bukti dakwaan terhadap kelima orang itu.

Al-Shabab telah mengeksekusi 22 orang tahun ini – sembilan berdasar tuduhan menjadi mata-mata, dan yang lain atas tuduhan melakukan berbagai kejahatan dari pemerkosaan, sodomi, sampai salah urus keuangan.

Kelompok yang terkait al-Qaida itu telah selama lebih dari satu dasawarsa berusaha menggulingkan pemerintah Somalia dan memberlakukan penafsiran ketat hukum Islam di Somalia.

Kelima orang yang dieksekusi hari Minggu itu dituduh menjadi mata-mata yang mengikuti gerakan milisi al-Shabab, dan berusaha memperoleh kontak telepon para pemimpin al-Shabab, menurut hakim.

Hakim mengatakan salah satu orang itu mengaku berusaha mengetahui keberadaan beberapa tentara Kenya yang ditawan al-Shabab bulan Januari 2016 dalam serangan terhadap pangkalan militer El Adde.

Bulan Agustus al-Shabab mengeksekusi salah satu tentara itu tetapi diyakini beberapa tentara lain masih disandera.

Pemuda umur 16 tahun yang dieksekusi hari Minggu itu diidentifikasi bernama Jibril Salah Haji Mohamed. Hakim al-Shabab menuduhnya bekerja untuk pasukan pemerintah Somalia selama tiga bulan.

Sanak saudara salah satu orang yang dieksekusi itu membantah bahwa ia adalah mata-mata. Yonis Aden Hassan mengatakan bahwa sepupunya, Abdiaziz Ibrahim Mohamed, adalah pemilik sebuah truk yang beroperasi antara Mogadishu dan Somalia dan bahwa ia tidak bersalah.

Hassan mengatakan kepada VOA al-Shabab menyita truk Mohamed tahun 2014 di dekat desa Jimcadda di wilayah Teluk dan memerintahkan agar ia datang untuk mengambilnya. Menurut Hassan, ketika Mohamed tiba di desa itu, ia ditahan dan tidak pernah lagi terdengar kabarnya.

Hassan mengatakan keluarganya baru tahu mengenai kematian Mohamed setelah pelaksanaan eksekusi. “Mereka tidak menyerahkan mayatnya kepada keluarga sehingga kami tidak tahu bagaimana ia meninggal dunia,” kata Hassan, yang bekerja sebagai petugas administrasi di wilayah Teluk. [ds]