Alibaba, raksasa teknologi asal China, Selasa (17/12) mengumumkan mereka sepakat menjual jaringan toserba Intime dengan kerugian sebesar $1,3 miliar. Langkah tersebut diambil sebagai bagian dari upaya perusahaan untuk memangkas operasinya di tengah persaingan yang semakin ketat di pasar e-commerce China yang sangat kompetitif.
Alibaba mengatakan dalam sebuah pernyataan kepada Bursa Efek Hong Kong bahwa Intime akan dijual kepada "konsorsium pembeli yang terdiri dari Youngor Group dan anggota tim manajemen Intime".
Pengajuan tersebut menyebutkan bahwa Alibaba memperkirakan akan mengalami kerugian sekitar 9,3 miliar yuan ($1,3 miliar) akibat penjualan tersebut.
Alibaba merupakan pemain utama di sektor e-commerce China, tetapi dalam beberapa tahun terakhir harus menghadapi persaingan yang semakin ketat di pasar lokal. Perusahaan yang berbasis di Hangzhou ini harus bersaing dengan banyak pesaing baru, sementara konsumen berusaha memangkas porsi belanja mereka.
BACA JUGA: Alibaba Rombak Manajemen, Umumkan CEO dan Ketua BaruAkibatnya, perusahaan berusaha meningkatkan efisiensi, salah satunya dengan menjual aset-aset yang dianggap tidak penting.
Alibaba didirikan oleh pengusaha Jack Ma pada 1999. Perusahaan itu melakukan restrukturisasi terbesar dalam sejarahnya tahun lalu, dengan membagi perusahaan menjadi enam entitas terpisah.
Bulan lalu, perusahaan mencatatkan pertumbuhan pendapatan tahunan yang moderat sebesar lima persen pada kuartal terakhir, jauh di bawah perkiraan.
BACA JUGA: Alibaba Habiskan Banyak Uang untuk Melobi AS dan Menyumbang untuk Kampanye"Sesuai dengan strategi kami, kami terus berinvestasi dalam bisnis inti kami sambil meningkatkan efisiensi operasional," kata Direktur Keuangan Alibaba Toby Xu pada saat itu.
Yang memperburuk prospek pertumbuhan di pasar domestik adalah persaingan yang semakin ketat dari pesaing lokal, termasuk pemilik Temu PDD Holdings, JD.com, dan kreator TikTok, ByteDance.
Pertumbuhan penjualan ritel China melambat menjadi tiga persen tahun-ke-tahun pada bulan November, menurut data resmi yang dirilis Senin (16/12), jauh di bawah perkiraan akibat permintaan yang masih lesu di ekonomi terbesar kedua di dunia ini. [ah/es]